Orang Indonesia seringkali sangat kreatif dan inovatif bahkan saking kreatif dan inovatif terkadang menggunakan bahasa asing agar terlihat keren tanpa mau riset sederhana terlebih dahulu. Seringkali seseorang menggunakan bahasa asing hanya karena tidak mau kalah dengan orang lain, atau berharap menjadi pusat perhatian dengan menggunakan kata yang aneh, padahal mungkin sendirinya tidak paham istilah yang digunakan. Dan tren seperti ini sayangnya semakin menjadi-jadi di Indonesia, terlebih lagi disering dilakukan oleh para pejabat dan artis-artis, sepertinya mereka merasa kurang keren dan terpelajar jika tidak menyisipkan istilah asing.
Namun sering kita lupa bahwa setiap kata yang terucap adalah doa, dan setiap doa pasti memiliki pengaruh pada orang di lingkungannya. Mungkin kita pernah mendengar riset tentang air yang dilakukan oleh Masaru Emoto seperti yang ditulis dalam salah satu bukunya The Miracles of Water, dalam buku tersebut beliau menunjukkan bahwa air yang terpapar kata-kata yang baik, hasil foto molekulnya membentuk gambaran yang indah, dan sebaliknya air yang terpapar kata-kata yang tidak baik, akan menampilkan bentuk molekul yang buruk. Dari situ dapat disimpulkan bahwa manusia yang tubuhnya 80 persen terdiri atas air perlu dengan sadar dan cermat memilih kata yang akan diucapkan karena itu yang akan menggetarkan air-air di tubuhnya.
Sehingga menurut saya lebih baik kita memakai istilah yang kita mengerti dan dipakai secara umum, namun bila memang dirasa perlu maka mendampingi diri dengan kamus atau mungkin juga memakai google translate akan lebih baik, jadi kita tidak salah dalam memilih kata. Contohnya nyata yang ada disekitar kita, banyak pengembang mendirikan perumahan dengan kata Graha, misalnya dengan nama Permata Graha, Mulya Graha, Kencana Graha, atau misalnya sebaliknya Graha Kencana, Graha Mulia, bahkan Pak Harto dulu sering memanggil rapat di Bina Graha.
Tapi tahukah teman-teman.. bila kata yang dimaksud para pengembang ini adalah untuk menyebut tempat tinggal, maka kata sanskertanya yang diterjemahkan ke dalam huruf romawi adalah 'grha' bukan 'graha'. Kalau graha lebih berarti buaya, hewan buas, penjara.... dan beberapa arti yang kurang baik lainnya. Makanya jangan heran yang tinggal di perumahan '....... graha' banyak yang berubah jadi buas atau mungkin banyak juga pejabat yang jadi lebih ganas karena sering ke Bina Graha...?
[caption id="attachment_315766" align="alignnone" width="960" caption="ini kata grha menurut kamus sansekerta"][/caption] Coba yang mau terlihat keren pake bahasa sansekerta jangan lupa teliti dulu agar tak salah makna... Bisa coba disini kamus disini http://spokensanskrit.de/
[caption id="attachment_315767" align="alignnone" width="960" caption="ini kata graha menurut kamus sansekerta"]
[/caption]
[caption id="attachment_315768" align="alignnone" width="960" caption="ini kata graha menurut kamus sansekerta"]
[/caption]
Semoga mereka yang suka menggunakan istilah asing bisa lebih cerdas terutama teman-teman pengembang yang mendirikan perumahan, semoga tidak pakai kata graha lagi sehingga tidak mendoakan penghuninya menjadi......
Salam hangat,
Agus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H