Lihat ke Halaman Asli

Menghargai Karya Penyair di Zaman Internet

Diperbarui: 6 Agustus 2020   20:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

HB Jassin dan Korrie Layun Rampan, Eka Budianta
Dua , Yudiono KS,juga Taufiq Ismail dan kritikus
serta kurator lainnya adalah tokoh-tokoh berjasa
dalam sastra Indonesia. Mereka adalah saksi
sekaligus pelaku sejarah yang sulit dicari bandingnya,
terutama hal independesi dalam 'menokohkan
sastrawan untuk ditempatkan pada 'jajaran angkatan
yang dipertanggungawabkan. Wawasan mereka begitu
luas padahal internet belum ada. Mereka tahu semua
sastrawan disemua penjuru Nusantara.
Kini perkembangan sangat pesat, peta sastra tak lagi
didominasi Sumatera Barat yang memang gudangnya
sastrawan dari sejak doeloe tetapi peta sastra itu ada
dimana-mana. Bukan hanya di Jawa dan Sumatera
tetapi juga di setiap propinsi terdapat penyair-penyair
unggul seperti juga di Sulawesi.
Beruntung kita punya kolom sastra puisi di Kompas
Minggu, penulis memandang sebagai media yang
memiliki kepedulian terhadap perkembangan sastra
khususnya puisi sebagai hawana pacu bagi penyair
dan bacaan sastra umum, bukan hanya bacaan
kalangan sastrawan saja tetapi juga masyarakat
umum. Puisi Kompas Minggu dipandang juga sebagai
penghargaan terhadap penyair karena seleksinya
yang independen dan diasuh wartawan budaya yang
berpengalaman.
Pikiran Rakyat dan Kedaulatan Rakyat merupakan
media cetak regional nasional yang telah lama
menyediakan halaman budaya termasuk puisi. Media
ini dianggap memenuhi kreteria seleksi yang bagus
dengan sajian mementum yang aktual sehinggamerupakan rekam jejak yang dapat dijadikan
otobiografi kreatif penyair.
Namun demikian dengan adanya internet yang
menyuguhkan online diakui telah 'mematikan usaha
media pemberitaan cetak seperti koran/tabloid dan
majalah. Langganan mereka kini sebagian besar
adalah kantor-kantor, dan langganan perorangan
sedikit sekali. Adanya internet dan media online telah
memutus 80% langganan perorangan, mengurangi
jumlah wartawan di daerah, mengurangi 50 pemasang
iklan, termasuk membatasi kolom penulis dsb.
"Pada gilirannya dapatlah diambil sari pati cita-cita
penyair itu bukan untuk menjadi terkenal lebih
utamanya adalah memelihara sastra Indonesia lestari
dan maju serta mengisi tatanan kehidupan di dunia
agar lebih baik."

Semaraknya Penyair Modern/penyair Siber yang artinya memanfaatkan sistem komputer dan informasi. 

Dalam kata lain penyair yang  berhubungan dng internet disebut sebagai penyair siber. Adalah perkembangan susastra di Tanah Air. 

Dalam versi Lumbung Puisi , sebuah komunitas penyair menyebut beberapa nama penyair yang tumbuh dalam zaman internet ini.

Tentu saja ini adalah sebagian kecil, yang dimuat di Buku Mengenal Puisi Modern karya Rg Bagus Warsono terbitan Penebar Pustaka 

Jogyakarta, mereka adalah : 

1.Wahyu Toveng

2.Pensil Kajoe

3.Rut Retno Astuti

4.Herisanto Boaz

5. Dwi Wahyu Candra Dewi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline