Lihat ke Halaman Asli

Sastra Kini Tak Bisa Lagi Dikebiri

Diperbarui: 7 Juni 2018   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(setaranews.com)

Membaca, dalam tanda kutip, oleh penyair Indonesia dimanapun tempat dalam memandang sastra Indonesia kini mulai terbuka dan membuka wacana baru. Perkembangannya menunjukan ke arah yang lebih baik. Bahwa pandangan orang-orang sastra dengan perubahan serta dinamika sastra dan sastrawan Indonesia akan memiliki jati dirinya yang independen serta menjauh dari monopoli pandangan sastra. Mengapa demikian?

Jawabnya adalah atas perubahan perkembangan sastra dengan pengaruh dunia digital atau internet mendorong terbuka untuk memilah mana sastra yang menunjukan mutu terbaik.

Kenyataan juga sastra dengan sedikit mengarah frofesional ditunjukan bukan pada orang-orang sastra yang slalu merusak tatanan jati diri sastra dengan ciri-cirinya seperti egoistisme, kepentingan segolongan dan merasa eklusif dan merasa tertinggi, terkenal, terbaik atau terunggul.

Pada kenyataannya dalam tayangan karya-karya mereka yang dipaksakan slalu kurang mendapat respon. Disisi lain banyak karya karya dari penyair/sastrawan indonesia lainnya dan juga dari daerah memetik perhatian publik yang bahkan mendapat perhatian dari media televisi dan koran nasional.

Di sastra hukum artis tidak selalu dapat digunakan. "bintang tetap bintang" itu mukin tak berlaku di sastra. Kecuali atas namanya yang telah menoreh karya bagus, sudah itu evaluasi atas karya dan pembanding akan selalu muncul. Dan ' bintang tetap bintang adalah mustahil.

Ia akan redup sendiri walau tak tertutup awan. Meteor itu akan jatuh ke bumi dan hancur berkeping-keping. Bukti ini telah mulai bermunculan dimana terdapat banyak sastrawan yang ternama justru melakukan tindakan memalukan dan mendapat kurang perhatian.

Penulis melihat upaya-upaya mencegahan kemunculan pelaku sastra berprestasi dengan membuat kurasi-kurasi rekayasa atau (kurasi 'dalban) yang pada ujungnya hanya mementingkan diri kelompok tersebut, yang dilakukan oleh segolongan sastrawan yang merasa diri unggul. Sebuah langkah yang justru ditertawakan di zaman terbuka ini.

Publik akan dapat segera menertawai bawha langkah ini merupakan langkah mundur dan mengulang yang justru akan diabaikan oleh publik. Mereka tidak menyadari bahwa kita hidup di tahun 2018, tahuin dimana telah 20 tahun reformasi, !

Tentunya harapan itu akan muncul manakala masyarakat dapat membaca dalam arti yang lebih luas. Membaca sesungguhnya membaca dengan evaluasi zaman dan kondisi serta muatan-muatan objektifitas yang kongkret. Bukti bukti itu ternyata juga didahului dengan kesan publikasi nasional televisi yang melihat sesuatu yang tidak saja memiliki nilai komersial tetapi juga nilai nilai seni baru, unik dan tentu saja sesuatu yang membuiat khalayak terpukau atas suguhan tayangan yang baru dan menikmati.

 

'membaca dalam arti lebih luas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline