Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Rindu FLPI dan LCLR, Mungkinkah Bergema Lagi?

Diperbarui: 14 Maret 2023   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: kasetlalu.com

Saya masih duduk di bangku SMP hingga SMA saat menyaksikan dua festival musik ini digelar. Pertama, Festival Lagu Populer Indonesia (FLPI), dimulai tahun 1973 hingga 1991.

Kedua, Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) Prambors. Lomba ini digelar mulai tahun 1977. Hasil kompilasi lagu perdananya baru dirilis setahun kemudian, tahun 1978.

Bagi saya, kedua kompetisi musik itu punya beberapa kelebihan. Pertama, lahirnya para pencipta lagu yang punya bobot tersendiri.

Mereka tidak asal mencipta, tapi memberi sentuhan dan karakter yang menjadikan karya-karya melegenda.

Sesaat Kau Hadir (Utha Likumahuwa), Nuansa Bening (Keenan Nasution), Kidung (Chrisye), Dunia Cinta (Geronimo VIII), dan masih banyak lagi yang kemudian di-repackage oleh penyanyi masa kini.

Kedua, FLPI dan LCLR jadi semacam kawah candradimuka bagi para penyanyi yang tampil di event kelas dunia. Kualitas suara penyanyinya tidak genetik.

Mereka yang tampil di festival memang belajar vokal. Ikut kursus maupun sekolah. Bukan menggunakan bantuan autotune.

Harvey Malaiholo, Vina Panduwinata, Ruth Sahanaya, Elfa's Singers adalah bukti penyanyi yang lahir dari ketatnya kompetisi musik tersebut. Mereka kini telah menyabet prestasi di level dunia.

Ketiga, karya-karya musisi lebih orisinil. Para musisi zaman dulu tidak banyak terbantu dengan kemajuan teknologi seperti sekarang.

Makanya, para pencipta musik harus menjadi musisi terlebih dulu. Harus belajar caranya main gitar, piano, drum, atau alat musik lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline