Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Kya-Kya Kembang Jepun Meredup, Nasib Pedagang Pun Terancam

Diperbarui: 16 Januari 2023   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas usaha di Kya-Kya Kembang Jepun. foto: Diskominfo Surabaya

Bisa dibilang jadi tahun yang sendu. Menjelang akhir tahun 2022, keberadaan Kya-Kya Kembang Jepun tak kunjung merekah, malah berkecenderungan layu.

Sejumlah pelaku usaha mulai kelimpungan. Beberapa di antara mereka bahkan dikabarkan sudah tidak lagi melanjutkan usaha alias tutup. Melorotnya pendapatan menjadi penyebab utama.

Nasib Kya-Kya Kembang Jepun yang dilabeli "Reborn" itu kini terancam. Pilihannya ada dua, bertahan dengan berupaya menyelesaikan segala kendala dan kesulitan yang dihadapi, atau bubar karena tidak profitable (menguntungkan) lagi.

Jika pilihan kedua yang diambil, berarti sudah dua kali Pemerintah Kota Surabaya gagal mempertahankan ikon wisata di kawasan Pecinan. Di era Wali Kota Bambang DH, Kya-Kya Kembang Jepun kali pertama dibuka, yakni pada 31 Mei 2003. Lantaran tidak berkembang baik, wisata kuliner itu akhirnya ditutup.

Di penghujung tahun 2022, saya beberapa kali datang ke Kya-Kya Kembang Jepun yang beroperasi tiga hari, yakni pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Jam bukanya pukul 18.00 sampai jam 22.00 WIB.

Tiga hari operasional Kya-Kya Kembang Jepun selama sepekan itu sejatinya adalah bagian dari uji coba. Jika berkembang bagus, Pemerintah Kota Surabaya bakal membuka Kya-Kya Kembang Jepun setiap hari.   

Saya sengaja ingin melihat dari dekat denyut perekonomian yang terjadi di wisata kuliner yang berada kawasan Surabaya Utara tersebut. Untuk menuju ke sana saya biasa mengitari daerah sekelilingnya, di antaranya Jalan Coklat, Jalan Slompretan, Jalan Panggung, dan lainnya.

Di sana, saya selalu memilih memarkir motor dekat pintu masuk. Setiap parkir di Kya-Kya Kembang Jepun saya tidak pernah diberi karcis parkir. Biaya parkirnya Rp 3.000 dan jukir meminta motor tidak dikunci setir.

Saya melihat perbedaan mencolok traffic pengunjung Kya-Kya Kembang Jepun saat awal-awal setelah dilaunching oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Tidak nampak lagi kepadatan pengunjung. Tidak ada lagi antrean pembeli di stan-stan yang menjajakan makanan dan minuman.

Pun semula Jalan Kembang Jepun sepanjang 750 meter dengan lebar 20 meter, terlihat full dengan deretan rombong pedagang. Yang dihias ala Pecinan. Bahkan beberapa konter namanya harus diubah menjadi nama-nama berbau Tionghoa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline