Saya sungguh beruntung punya dua guru. Satu guru politik, yakni H. Moch. Said (kini sudah meninggal). Karib disapa Mbah Progo. Satu lagi, guru jurnalistik, namanya Dahlan Iskan. Mantan bos Jawa Pos Group dan kini mendirikan Disway.
H. Moch. Said atau Mbah Progo adalah tokoh terkemuka di Jawa Timur. Pria kelahiran Lamongan, 13 Mei 1921 itu, pernah menjabat Ketua DPRD Jawa Timur, Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Sebutan akrab Mbah Progo tersebut lantaran dia memang tinggal di Jalan Progo 10-14, Surabaya. Lokasinya tepat di belakang Taman Bungkul yang legendaris.
Rumah Mbah Progo cukup besar. Ada tiga rumah yang ia punyai. Rumah bekas peninggalan Belanda. Hanya satu yang ditempati. Dua rumah sisanya dipakai kantor.
Mbah Progo tokoh terkemuka dan disegani. Banyak politisi, birokrat, petinggi TNI dari level regional dan nasional yang sowan ke Mbah Progo. Dari minta petuah sampai lobi politik.
Sebagai politisi Golkar saat itu, Mbah Progo sangat piawai bertutur. Bicaranya lancar. Wawasannya luas. Dia menguasai betul materi yang dibicarakan.
Salah satu pejabat tinggi yang menemuinya adalah Akbar Tandjung. Yang pernah menjabat Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua DPR RI. Kalau lagi melawat ke Jawa Timur hampir pasti dia akan berkunjung ke rumah Mbah Progo.
Ketika dalam satu sesi wawancara, saya pernah menanyakan sosok Mbak Progo kepada Akbar Tandjung. Akbar bilang kalau Mbah Progo adalah guru politiknya. "Saya sangat menghormati beliau," ucap dia.
Gatot Sudjito (anggota DPR RI, kini sudah almarhum) mengatakan, dari dulu Mbah Progo memang selalu jadi jujugan pejabat tinggi.
"Ibaratnya kalau mereka ke Jawa Timur harus ngunduh kaweruh (memetik ilmu) dulu ke Mbah Progo."