Butuh kesungguhan dan komitmen kuat. Itulah kunci yang saya yakini dalam mendalami Alquran. Makin dalam menyelami Alquran, makin terasa betapa kecilnya dan terbatasnya pengetahuan saya.
Saya juga percaya jika ada yang mengibaratkan Alquran seperti samudra yang tiada bertepi. Yang berisi berbagai kekayaan yang sangat luar biasa beragam.
Siapa pun yang mengeksplorasinya, tidak akan pernah habis. Mendalami Alquran itu ibarat bertamasya. Berada di tengah keindahan yang tiada batas.
Banyak pemikir mampu menghasilkan karya melalui Alquran. Para peneliti juga menghasilkan banyak temuan, juga melalui rangkaian ayat-ayat Alquran.
Selain membaca Alquran, saya juga berupaya mengartikannya. Pernah sih belajar bahasa Arab. Yang mengajar Ustad Muhtar Ismail, lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UINSA).
Menghapal beberapa kata benda, kata kerja, dan seterusnya. Sayang, beberapa kali tidak bergabung, membuat saya banyak ketinggalan. Karena malu dan sungkan, akhirnya saya tidak melanjutkan. Sekarang saya menyesal tidak melanjutkan kursus bahasa Arab.
Saya juga ikut beberapa kajian kitab, salah satunya kitab Riyadhus Shalihin. Yang ditulis Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawy atau Imam Nawawi.
Kitab Riyadhus Shalihin adalah pilihan dari hadis-hadis shahih. Bagian paling besar dalam kitab adalah pilihan hadis shahih dari Bukhari dan Muslim.
Dari belajar kitab tersebut, saya mengapal beberapa surat pendek dan doa. Saya menghapalkan berkali-kali. Tak terkecuali di bulan Ramadan. Sekaligus membaca artinya. Berikut beberapa ayat dan doa yang saya ingat:
Menghadapi Kaum Pengeluh
Saya punya beberapa teman yang hidupnya kerap mengeluh. Hidup yang dianggap tidak adil. Beban kehidupan yang dirasakan selalu diomongkan ke mana-mana.