Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Hari Kartini dan Kenangan Lagu Sampul Surat

Diperbarui: 21 April 2021   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu bersama kakak perempuan menunaikan ibadah Umroh, 2018.foto:dok/pribadi

Memilih mengucapkan terima kasih kepada ibuku. Tepat di Hari Kartini. Ketika banyak orang mengunggah pahlawan perempuan di Indonesia itu. Ibuku, Siti Zulaichah. Dialah pahlawanku.  

Ibuku perempuan hebat. Mengorbankan semua hidupnya untuk anak-anaknya. Sejak ayahku, Mianto, meninggal tahun 1986, ibu berjuang keras membesarkan anak-anaknya.

Kami delapan bersaudara. Ketika ayah meninggal, tiga orang kakak sudah bekerja. Sementara lima orang lainnya, termasuk saya yang bungsu, masih sekolah.  

Ibu sangat mengutamakan urusan pendidikan anak-anaknya. Karenanya, dia selalu mendorong kami bisa kuliah sampai lulus. Bukan hanya meraih gelar kesarjanaan, tapi juga punya ketrampilan.

Ibu tak pernah mengeluh soal biaya. Pernah dua kakak perempuan saya yang a sama-sama diterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Satu di Institut Pertanian Bogor (IPB), satunya di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. 

Kala itu, dana awal untuk masuk kuliah cukup besar. Ibu merelakan uang tabungan untuk menutupi biaya masuk PTN tersebut. Karena belum cukup, ibu juga merelakan satu motor yang biasa kami pakai bergantian, dijual.

Perjuangan ibu tak sia-sia. Anak-anaknya bisa mewujudkan impian bisa menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi. Meski dalam perjalanannya harus nyambi kerja.

Ibu diapit anak dan menantu.foto:dok/pribadi

Saya sendiri tergolong telat kuliah. Empat tahun setelah lulus SMA, tahun 1990, saya baru masuk kuliah. Setelah bekerja serabutan. Menjadi helper di perusahaan dinamo, penjaga gudang kontraktor di Ajinomoto, sales buku, dan lainnya.

Waktu masuk kuliah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surabaya, saya menerima uang dari ibu.

Uang itu hanya cukup untuk pendaftaran dan SPP beberapa bulan saja. Selebihnya saya harus mencari sendiri. Terhitung, 4 tahun setelah lulus SMA saya masuk perguruan tinggi.

Saya memaksimalkan keterampilan menulis. Saya juga aktif di kegiatan kemahasiswaan. Hasilnya, saya punya peluang menapaki karir organisasi. Banyak relasi. Banyak teman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline