Dulu belum ada istilah bully, tapi disemoni (disindir). Tatkala ada keluarga yang belum punya momongan. Belum juga hamil. Bentuknya sindirannya beragam.
Ada yang nyindirnya halus. "Apa memang lagi menunda punya anak, jeng?"
"Bapaknya sibuk terus, ya."
Ada yang straight to the point. Ngomong blak-blakan atau tanpa tedeng aling-aling.
"Sudah menikah berapa tahun kok belum isi-isi."
"Belum ya, minta saran sama yang berpengalaman sana."
"Gak jadi-jadi. Busung, ta." Kata busung itu ditujukan pada orang yang kurang tokcer.
Ah, rasanya dongkol juga mengingat masa-masa itu. Masa sebelum istri saya belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Saya menikah 13 Agustus 1999.
Masa itu, saya masih menjadi jurnalis di koran Suara Indonesia. Koran itu kemudian berubah nama menjadi Radar Surabaya yang termasuk dalam Jawa Pos Group.
Tahun pertama pernikahan, saya kerap dicecar pertanyaan yang mengganggu. Manakala ada acara-acara keluarga. Seperti dalam pengajian, resepsi pernikahan, pindah rumah dan lainnya.