Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Gaya "Musyafir", Makan Nasi Bungkus Lauk Sambel Goreng Ati

Diperbarui: 16 April 2021   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Al Falah Surabaya.foto:homerie.com

Ramadan selalu menjadi bulan pembeda. Itulah yang saya rasakan. Sejak kecil, setiap memasuki bulan penuh rahmat dan ampunan itu, saya selalu merasakan getaran. Menghadirkan good vibes. Begitu kira-kira kata anak zaman masa kini.

Sejak kecil, saya hidup di lingkungan keluarga yang taat beragama. Setiap bulan Ramadan, saya terbiasa melakukan persiapan menyambut bulan Ramadan. Dari bersih-bersih rumah, mengecat rumah, menata buku, mencuci karpet, mengganti sprei, mengganti gorden, dan masih banyak lagi.

Orang tua juga selalu meminta anak-anak memotong kuku, merapikan rambut, dan menyiapkan pakaian terbaik untuk salat. Orang tua kami juga mewajibkan anak-anaknya berbuka puasa di rumah. Masa itu, belum banyak acara bukber.

Salat Tarawih juga dianjurkan ikut jamaah di masjid. Setelah itu, anak-anaknya diminta tidak pulang. Tapi menyambung dengan tadarus. Masa itu, tadarus dilakukan di kampung saya dengan memasang bangku-bangku berukuran 1m x 500 cm secara melingkar. Tiap orang bisa membaca Alquran 1-2 'ain (tanda berakhirnya suatu surah pada atau ayat tertentu).

Kebiasaan di masjid saya, membaca Alquran dengan tartil. Perlahan-lahan. Membaca sesuai hukum tajwid. Membaca secara perlahan akan membantu seseorang untuk memahami dan mentadabburi maknanya. Kebetulan ada beberapa ustad yang fasih membaca Alquran. Merekalah yang mengingatkan jika ada bacaan yang salah atau kurang pas.

Kami merasa beruntung kerena setiap hari, selain membaca Alquran, juga belajar ilmu tajwid. Mempelajari tentang cara pengucapan dan pelafalan Alquran. Meski sudah bertahun-tahun kami tetap terus belajar. Karena kami sadar makin banyak kekurangan kita ketahui jika kita semakin mendalami Alquran.   

Lewat cara membaca Alquran dengan tartil itu, kami tidak memberi target harus khatam berapa kali. Mengalir saja. Membaca Alquran senikmat mungkin sampai Ramadan usai.

Tiap mengkhatamkan Alquran, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa:

Allhummarhamni bilquran. Waj'alhu lii imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu maa nasiitu wa 'allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilawatahu aana-allaili wa'atrofannahaar waj'alhu li hujatan ya rabbal 'alamin.

Artinya: Ya Allah, rahmatilah aku dengan Alquran. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai tuhan semesta alam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline