Suatu siang, saya menikmati kuliner di Soto Cak To Undaan. Bareng kawan lama. Namanya Suli Da'im. Mantan Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur. Kini menjabat direktur operasional PS Hizbul Wathan (PSHW) dan komisaris RS Siti Khotijah Muhammadiyah Cabang Sepanjang.
Bagi saya, Soto Cak To Undaan adalah salah satu dari sekian banyak depot soto legendaris di Kota Surabaya. Sejak tahun 2000-an, saya sering makan siang di sana. Kualitas rasanya oke. Pelayanannya ramah. Recommended lah.
Sebaliknya, bagi Suli, makan Soto Cak To Undaan ini baru yang pertama kali. Suli memang mendengar nama Soto Cak To Undaan cukup lama. Yang kabarnya jadi langganannya para selebritis. Terlebih, saat dia melihat YouTube Channel Ari Lasso. Saat me-review Soto Cak To Undaan. Penyanyi asal Surabaya itu juga membagi kisah-kisah yang nostalgik.
Di lokasi, depot Soto Cak To memang tidak lagi berada Jalan Undaan. Ini setelah Pemerintah Kota Surabaya melarang ada bangunan permanen maupun semi permanen di Daerah Milik Jalan (Damija). Tahun 218, Cak To memindahkan usahanya di Ngemplak I.
Soto Cak To beberapa rumah dari mulut gang Ngemplak I. Tempatnya nyaman. Ada rombong soto yang berisi ayam, telur, mi, dan panci kuah. Meja dan kursinya dari kayu ditata sejajar. Beberapa kaleng kerupuk ada di setiap meja. Di didingnya terpajang foto-foto selebritis, pejabat, dan pengusaha. Berikut klipingan dari media massa.
Soto Cak To memang istimewa. Racikan bumbunya pas. Resepnya sebenarnya sama dengan resep soto ayam pada umumnya. Ada lada, ketumbar, bawang putih, bawang merah, kunyit, jahe, lengkuas, kemiri, daun jeruk, dan daun salam.
Yang membedakan adalah takaran dan proses masaknya. Untuk bahan-bahan dasar, terutama rempah-rempah dan ayam kampung, Cak To memesan khusus ke pedagang di Pasar Wonokromo.
Untuk satu porsi soto ayam harganya gak lebih Rp 25 ribuan. Kalau pesan soto pisah, harganya lebih mahal. Selisih sekitar Rp 5 ribuan. Pembeli selalu ditawari bagian ayam yang mana yang disukai. Seperti paha, dada, kulit, ceker, kepala, jerohan, dan telur muda.
Sehari, Cak To ia mampu menjual kurang lebih 450 porsi. Ayam kampung, sedikitnya butuh 45 ekor sehari. Untuk memenuhi jumlah produksi yang besar tersebut, dia dibantu 24 orang. Mereka yang direkrut membantu dari keluarga terdekat dan dari warga sekitar depot.