Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Kisah Legenda Timnas dan Tekel Horor

Diperbarui: 2 Januari 2021   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanafing | Foto via pshizbulwathan.id

Bulir-bulir keringat mengembun di dahi Hanafing. Kaosnya juga basah oleh keringat. Pagi itu, dia hadir di pemusatan latihan PS Hizbul Wathan (PSHW) di Lapangan Unesa Ketintang. Surabaya. Ada 28 pemain yang disiapkan untuk Kompetisi Liga 2.

Hanafing ditunjuk menjadi direktur teknik klub milik Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur itu sejak September 2019. Di jajaran pelatih, ada Yusuf Ekodono (head coach), teman seangkatan Hanafing yang ikut membawa Timnas Indonesia meraih medali emas SEA Games 1991 di Manila Filipina. Lainnya, Yusman Mulyono dan Anas Yahya (keduanya eks Niac Mitra), Nugroho Mardiyanto (Eks Persebaya), dan Agam Haris (pelatih fisik).

Beberapa saat kemudian, Hanafing berada di tengah pemain. Yang berdiri membentuk setengah lingkaran. Suaranya terdengar lantang saat memaparkan banyak hal soal sepak bola. Salah duanya soal visi dan cara bermain sepak bola.

Bagi Hanfing, bermain sepak bola era modern tak cukup mengandalkan skill dan fisik. "Harus paham cara bermain secara tim. Bagaimana saat menyerang, bertahan, positioning jika kalah bola, dan masih banyak lagi," ujar pria kelahiran Makasar yang telah menetap di Surabaya ini.

Hanafing lalu menjelaskan sejumlah taktik bermain sepak bola. Yang jamak dilakukan klub-klub besar. Dia lantas meminta satu pemain berada di sampingnya. Satu bola diambil, lalu ditempatkan tepat di depan kakinya. Hanafing lalu menunjukkan teknik pengusaan bola dari penjagaan lawan. 

"Bukan hanya tahu menggiring bola, tapi apa yang harus dilakukan ketika pegang bola. Itulah pemain yang cerdas," tegas Hanafing seraya menyodorkan bola kepada salah seorang pemain.

Hanafing juga menyoroti pemain yang kurang punya inisiatif. Main bola hapalan saja. Tidak kenal skema bermain yang jelas. Satu orang pegang bola, yang lain lebih banyak menunggu. Tidak membuka ruang. Tidak punya determinasi. Miskin kreativitas. 

"Semua harus bergerak. Satu orang pegang bola, empat lima orang segera bergerak maju. Bek bergerak. Gelandang melapis. Banyak alternatif menyerang yang bisa dilakukan," tutur Hanafing.

Sebaliknya bila tertekan segera persempit ruang gerak. Pemain lawan yang pegang bola segera marking. Tiga empat orang mengepung. Tak perlu sekali pressure. Apalagi harus melakukan pelanggaran. "Cukup disiplin menutup ruang gerak. Itu yang dibutuhkan," sebut Hanafing.

Hanafing (jongkong keedua dari kanan) | Foto: dok hanafing

Tidak Kerasan di Diklat Ragunan

Hanafing bermain bola sejak SD. Bakatnya mulai terlihat saat dia terpilih ikut turnamen sepak bola antarpelajar di Makassar, tahun 1972. Kompetisi tersebut digelar secara periodik.  

Hanafing yang bertubuh mungil sangat lincah dan gesit bermain bola. Dia menjadi pemain yang paling diincar lawan. Selain memberi assist, dia juga kerap kali mencetak gol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline