Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

HUT Surabaya ke-727, Megaproyek AMC, dan Suksesi Pasca Risma

Diperbarui: 31 Mei 2020   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patung Suro dan Boyo di Skate Park.foto:bobby novianto

Hari ini, Surabaya berusia 727 tahun. Sebuah perjalanan panjang bagi Kota Pahlawan, julukannya. Kota yang menyimpan banyak sejarah dan cerita. Kota yang melahirkan banyak tokoh yang ikut membangun peradaban bangsa. Kota metropolitan yang tumbuh dengan segala keunikannya.  

Di usianya sekarang, denyut kehidupan Surabaya berasa dinamis. Inovasi dan restorasi di berbagai sektor pembangunan terus dilakukan. Beberapa infrastruktur kota seperti pedestrian, frontage road, box culvert, boezem, middle east ring road, menjadi bagian penting dari penyediaan fasilitas yang dibutuhkan publik.

Yang mencolok tentu membanjirnya taman kota. Surabaya kian hari makin hijau nan berseri. Mengukuhkan label kota yang ramah dan peduli lingkungan. Taman-taman kota menebar pesona keindahan dan menjadi alternatif rekreasi bagi warga. Sedikitnya 40 taman dengan berbagai karakteristik menghiasi wajah kota berpenduduk sekitar 3 juta lebih ini.

Kehadiran taman ini juga sebagai pengganti ruang terbuka hijau yang dibutuhkan sebagai paru-paru kota. Penyediaan fasilitas seperti jogging track, Wi-Fi, tempat bermain anak, air mancur, lampu hias, open stage, dan perpustakaan, menjadi pelengkap memenuhi dahaga warga Surabaya yang dulu sangat sulit menemukan tempat-tempat bercengkerama.

Dulu, Surabaya dibelit urusan sampah. Sekarang hal itu tak terdengar lagi. Tidak banyak lagi pihak yang meributkan perlunya membangun tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, Surabaya cuma memiliki LPA di Benowo sebagai pengganti TPA Keputih yang ditutup pada 2001. TPA Benowo yang luasnya 37,4 hektar itu, hanya mampu menampung 1.300 meter kubik sampah per harinya. Sejak dikelola PT Sumber Organik pada 2012, TPA Benowo dapat menghasilkan energi listrik sebesar 2 Mega Watt.

Redupnya kemelut sampah tersebut memang tak lepas dari naiknya pastisipasi warga. Eksekutif, media massa, LSM cukup baik melakukan kampanye mengatasi sampah. Salah satunya, gerakan massif yang dikemas dalam kompetisi kebersihan. Kompetisi tersebut dihelat secara periodik dengan melibatkan kampung-kampung di 31 kecamatan. Kolaborasi beberapa stakeholder kota itu telah menjadi trigger yang efektif mengajak warga peduli sampah.

Atmosfer kompetisi kebersihan terus menghangat di kalangan masyarakat. Jika dulu hanya memilah, sekarang berkembang dengan munculnya kreativitas warga memanfaatkan sampah. Produk-produk daur ulang banyak lahir dari tangan-tangan warga. 

Aktivitasnya tidak lagi perseorangan, tapi komunal. Yang menggembirakan, selain mengeliminasi dampak buruk sampah, warga bisa mendulang rupiah dari memanfaatkan sampah. Hingga sekarang, sudah tak terhitung lagi berapa paket souvenir atau cinderamata berbahan sampah yang dijual di berbagai daerah, bahkan ada yang diekspor ke luar negeri.

Rona yang hijau itu pada gilirannya mengerek prestasi Surabaya. Di level nasional, Surabaya meraih Adipura delapan kali berturut-turut sejak 2006. Adipura merupakan penghargaan tertinggi untuk kebersihan dan pelestarian lingkungan kota. Penghargaan ini diberikan tiap tahun untuk kota-kota yang mampu menjaga dan melestarikan kebersihan lingkungan.

Surabaya juga dinobatkan sebagai kota berwawasan lingkungan terbaik se-Asia Pasifik. Penghargaan tersebut diberikan karena Surabaya berpartisipasi aktif mengembangkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan.  Surabaya layak disandingkan dengan kota-kota tenar, yakni Seoul (Korsel), Yokohama (Jepang), Penang (Malaysia), dan Mumbai (India).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline