Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Cerpen: Mengenang Desember

Diperbarui: 12 Maret 2020   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi legenda musik. (sumber: Pixabay.com/hudsoncrafted)

Bobby benar-benar ingin menyendiri, sore ini. Mengurung diri di kamar, rebahan di kasur pakai kaus oblong dan sarung. Menenggelamkan diri dalam alunan musik. 

Seperti kebiasaan dia mengusir kesuntukan, memasang earphone yang disambungkan ke smartphone-nya. Ia nikmati deretan lagu berformat MP3 yang di-download dari aplikasi musik rujukan banyak orang.   

Bobby merasakan turunnya endapan dari otaknya. Seperti embun pagi yang mengumpal bak jerawat, lalu lamat-lamat menetes. Tenang dan halus. Kemudian lenyap disapu mentari.   

Bobby merekatkan jari jemari tangan di rambut ikalnya. Perlahan, ia usapkan berkali-berkali. Sejenak, tangannya terhenti dalam posisi tertindih kepala. Mata Bobby menerawang. Sesekali, ia pejamkan mata, menarik napas dalam-dalam, menahannya, dan pada hitungan kedelapan ia hembuskan. 

Entah pada menit ke berapa, pikiran Bobby terusik. Saat mengalun Badai Bulan Desember. Lagu milik AKA. Grup band legendaris asal Surabaya. Salah satu lagu favoritnya. Di usianya yang belum genap 18 tahun, Bobby memang punya preferensi berbeda dengan kawan-kawan seangkatannya. Dia biasa bergaul dengan orang-orang yang usianya jauh di atasnya. Pun dalam urusan musik, Bobby lebih banyak tahu band-band legendaris ketimbang yang kekinian.

Bobby kenal lagu-lagu AKA dari koleksi piringan hitam original milik Haryono, ayahnya. Pun sejarah terbentuknya grup ini, Bobby cukup banyak tahu.

AKA yang diambil dari nama Apotik Kaliasin (AKA) di Surabaya, Apotik milik ayah Ucok, Ismail Harahap. Juga personel yang menggawangi AKA, Ucok Harahap (vocal), Soenata Tanjung (gitar), Arthur Kaunang (bas), dan Syech Abidin (drum).

Di antara personel AKA, nama Ucok Harahap paling mendapat perhatian Bobby. Gayanya eksentrik. Penampilannya khas rocker masa itu: gondrong, berkumis lebat, pakai jins ketat, pakai kaus tank top dan sepatu boots.  

Bobby merasa berbeda mendengarkan lagu itu.  "Ada kesan magis dan penuh misteri," begitu perasaan cowok yang membiarkan kumis dan jambangnya tumbuh bak semak belukar. 

Ilustrasi AKA Band. tirto.id/Sabit

Bobby beranjak dari tempat tidurnya. Diraihnya gitar akustik yang tergeletak di samping meja belajar. Gitar pemberian Haryono, ayahnya, saat dia merayakan ultah ke-13 tahun. Sang ayah membeli gitar tersebut dari DMP Musik, toko alat musik tertua di Surabaya. Di toko itu, Haryono kerap bertemu banyak kawan musisi sepantaran dengannya. Haryono cukup piawai memainkan beberapa alat musik. Khususnya gitar, drum, dan piano. Di kesatuannya, Haryono juga mengajar grup campursari.

Tidak kelewat susah bagi Bobby memainkan chord lagu tersebut. Dari intro, reffrain, sampai interlude-nya. Bahkan dia sempat mencoba menurunkan intro setengah nada, dari D ke Db. Kemudian mengembalikan lagi karena merasa kurang cocok dengan vokalnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline