Lihat ke Halaman Asli

AGUS WAHYUDI

TERVERIFIKASI

setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Kuliah Bukan Kejar Prestasi, tapi Bertahan Hidup

Diperbarui: 22 Desember 2019   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi riich.me

"Kadang kita terlalu banyak berdebat soal bakat. Sementara jutaan orang bisa melenggang dengan karya-karya hebat, tanpa pernah ribet membincang alasan punya bakat."

Tahun 1993, saya memantapkan niat untuk aktif menulis. Saya menarget bisa menulis artikel paling tidak seminggu dua kali. Dan dimuat di media mainstream

Artikel yang panjang. Biasanya yang disyaratkan media 800-1.200 kata. Saya juga bermimpi bisa menulis di rubrik opini. Bersama penulis-penulis hebat yang sudah punya nama. 

Aktivitas menulis makin giat saya lakukan. Saban hari, saya menyempatkan menulis. Tidak utuh. Potongan-potongan ide saya kumpulkan. Seringnya, saya catat dalam notes. Kemudian saya ketik di komputer. Biasanya, inspirasinya dari fenomena sosial di masyarakat. Juga dari forum-forum diskusi.

Bila potongan ide sudah terkumpul, saya menjahitnya. Memilah sudut pandang. Saya mencari referensi tambahan dari buku-buku yang tertata rapi milik Rosdiansyah, kawan diskusi yang paling mengasyikkan. Tak jarang juga melihat kliping koran.

Saya punya "prime time" dalam menulis. Yakni, setelah salat Subuh sampai Dhuha. Dua-tiga jam. Setelah itu, saya menyibukkan diri dengan membaca buku. Atau menghadiri seminar dan diskusi.

Rosdiansyah mengajari saya untuk selalu pegang stabilo saat membaca buku. Itu untuk menandai bila ada yang penting dan harus diingat. Cara itu cukup ampuh. Saya jadi lebih mudah mengingat pernyataan, kutipan, maupun paradigma. 

Setiap menyelesaikan artikel, saya membaca ulang. Tiga sampai empat kali. Mengeliminasi kesalahan sekecil-kecilnya. Dari kerancuan logika sampai typo

Saya juga selalu mematuhi panjang tulisan yang disyaratkan masing-masing pengasuh rubrik di media. Jika ditetapkan panjang tulisan tidak lebih 1.000 kata, misalnya, saya mematuhinya.

Pernah ada yang tanya, "Lha, itu kan tugas penyunting?" Benar. Tapi memenuhi syarat itu juga jadi perhatian. Sebab, saya pernah dengar keluhan seorang editor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline