Lihat ke Halaman Asli

Tugas Siapa? dan Siapa yang Bertanggung Jawab?

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seiring berkembangnya zaman, banyak masyarakat yang mulai membawa adat/kebiasaan kurang baik dari luar daerah ke dalam kampungnya sendiri, meskipun mereka tahu bahwa tindakan itu kurang baik untuk generasi muda. Sebagai contoh bahwa terdapat suatu kampung yang menyediakan alat/media untuk berjudi, atau bahkan yang lebih parah lagi adalah menyediakan (menfasilitasi) minuman keras ketika seseorang sedang mengadakan hajatan (perayaan pernikahan, perayaan sunatan, dll).

Saya percaya bahwa urusan masyarakat seyogyanya dipegang oleh pemuda dan pemudi, sehingga bila pemuda dan pemudinya baik maka masyarakat akan baik, baik dari kalangan tua (bapak-bapak/ibu-ibu) maupun anak-anak/generasi yang akan datang, begitu juga sebaliknya. Pemuda dan pemudi saat ini banyak melakukan hal-hal semaunya sendiri tanpa berpikir dan khawatir tentang masa yang akan datang atao generasi mereka selanjutnya, meskipun terkadang mereka mengeluh dengan keadaan yang akhir-akhir ini terjadi. Tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dulu notabene dihormati dan disegani, namun sekarang justru banyak orang (pemuda dan bapak-bapak) yang cuek terhadap keberadaan tokoh-toko tersebut.

Beberapa tokoh masyarakat merasa pasrah dengan apa yang sudah terjadi dan hal itu juga kemauan mereka (masyarakat) demi kerukunan antar warga dan ketika diajak berpikir masalah perekonomian demi meningkatkan kualitas entrepreneur pada diri pemuda dan pemudi warga demi kesejahteraan bersama, mereka baru berfikir, ternyata masih ada peluang untuk berusaha melakukan yang lebih baik dan seiring bersyukur kepada Tuhannya. Sebagian orang berpendapat bahwa yang penting bukan saya dan saya tidak melakukan. Mungkinkah kenyataan ini justru membuat para pelaku kejahatan meraja lela karena para tokoh hanya diam dan hanya menonton apa yang “terjadi biarlah terjadi” dan ga mau tahu apa yang akan terjadi di esok hari, mereka adalah mereka dan saya adalah saya.

Banyak orang mengharapkan-kehidupan masyarakat-baik dari segala yang baik, namun tidak banyak orang mau berfikir dan mengembangkan yang baik itu menjadi lebih baik. Semoga visi-misi mereka yang mengharapkan kebaikan, tidak mudah luntur meskipun rintangan duri yang melintang telah menghadang, namun duri itu kemudian justru dapat disingkirkan dengan bantuan yang mencoba untuk memasang rintangan itu. Semoga kesadaran untuk baik segera tumbuh pada hati masyarakat dan bersama-sama mengembangkan untuk yang lebih baik agar lebih beruntung. Amin




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline