Lihat ke Halaman Asli

Selamat Hari Guru

Diperbarui: 30 November 2015   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari lalu hari guru, aku memang tidak merayakan atau membuat peringatan secara khusus apalagi terlibat acara sekedar seremonial.

Namun dalam kunjungan singkatku ke Bandung beberapa saat lain, aku berusaha mampir menemui salah satu (dari cukup banyak) guruku yang menurutku memberi banyak kontribusi pada pencapaian2 dalam kehidupanku.

2x mengelilingi rumah tinggalnya di Bandung, aku tak lagi menemukan rumahnya. Lalu bertanya kiri kanan, akhirnya mendapat petunjuk, beliau sudah pindah tak jauh dari situ. Mumpung sudah disana dan tidak jauh, aku mencarinya sampai akhirnya ketemu juga.Hanya mampir bersilaturahmi sambil memberikan salah satu bukuku sebagai oleh2.

Saat kami berbincang-bincang, dia bertanya mengapa dan apa yang dianjarkannya yang membuatku mengatakan bahkan dia adalah sosok guru yang sangat menginspirasi (beliau mengajarkan Sosialisasi Hukum, dimasa kuliahku dulu).

Aku menjawab begini: "Baru dan hanya sekali sepanjang kuliah di sebuah universitas dibidang ilmu sosial dan ujiannya esai dulu aku mendapatkan nilai 100; Ya, seratus, karena menjawab betul semua 4 dari 7 soal yang ibu berikan. Sementara orang lain yang juga menjawab betul dari 4 soal lain ada yg hanya dapat 90 dan 80 saja. Ibu menerangkan dengan jelas setelah nilai tersebut dibagikan minggu depannya, bahwa ternyata dari 7 soal tersebut 4 merupakan soal yang memerlukan logika dan 3 hafalan. Yang mengerjakan dengan betul 4 soal logika, dapat 100 (dan itu hanya 1 orang dari kelas besar itu smile emoticon ), yg mengerjakan dengan betul 3 logika 1 hapalan dapat 90 dan yang mengerjakan dengan betul 2 soal logika dan 2 soal hapalan dapat 85 dan yang mengerjalan dengan betul 1 soal logika dan 3 soal hapalan dapat 80."

Lalu, aku sambung: "ibu menggunakan index nilai kelas yang membuat anak2 yang dapat 70 (dan biasa mendapat B dengan nilai itu) pada marah semua padaku karena sekarang mereka hanya dapat C dan yang dapat 60 lebih marah lagi karena mereka yg harusnya lulus dgn nilai C sekarang cuma dapat D. Dan, yang mendapat 60 kebawah dan mayoritas kelas itu kemudian jadi berbondong-bondong memintaku jadi guru mengajari mereka" Beliau tertawa saat mendengar perkataanku terakhir.

"Dan, yang juga penting dari mata kuliah ibu itu adalah ternyata sebagai mahluk sosial, kita adalah bagian dari dan hidup di masyarakat (sosial) yang beragam dan majemuk dengan bermacam-macam hal dan masalah juga. Itu membuat kita harus punya kemampuan melihat dari berbagai sudut pandang dan sosiologi hukum adalah hukum yang multidisipliner; semua ilmu hukum dibutuhkan dalam melihat masalah sosial dari sisi hukum. Dan tentu saja bukan hanya ilmu hukum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah2 yg terjadi didalam masyarakat itu. Diperlukan banyak ilmu2 lain juga."

Beliau terdiam saat saya mengatakan itu, dan saya melanjutkan:
"Nalar atau logika sebagai basis ilmu dan intelektualitas, keadilan dan kebijakan yang harus menyertai, ketegasan menerapkan nilai2 dan standard, serta keharusan dan kemampuan melihat dan mengerjakan sesuatu secara multi displiner adalah esensi pelajaran yg saya dapat dari ibu dan saya terapkan dalam kehidupan saya. Itu sangat menginspirasi dan menjadi salah satu faktor penting dalam pencapaian-pencapaian dalam kehidupan saya dan sekali lagi saya ingin menyampaikan terima kasih saya."

Aku menangkap matanya berkaca-kaca, jadi buru2 aku mengalihkan pembicaraan ketopik-topik lain. Beliau masih sempat berkata: "Saya merasa sangat bangga pada anda"

Dan, buru2 aku juga jawab "Dan saya juga merasa sangat bangga punya kesempatan bertemu dan belajar dari guru2 yang hebat seperti ibu dan juga beberapa guru hebat saya yang lain. Namun pencapaian saya belum selesai dan masih terus berproses.".

"Semua memang memerlukan proses. Kehidupan dan proses itu akan terus berlanjut dan berputar terus kan ?" Jawabnya lagi, sambil tersenyum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline