Benarkah kehadiran Jokowi dalam pentas politik nasional sebagai Capres berhasil menarik hati para GOLPUTer dan mengurangi jumlah atau persentasi Golput dalam Pemilu ? Pertanyaan ini cukup menggelitik dan melihat efek Jokowi dalam Pileg 20114 (walau agak berbeda dimensinya), agak sulit juga menjawabnya. Misalnya tingkat partisipasi pemilih tahun 2004 pileg 84%, pilpres tahap I 79% dan pilpres tahap II 77%. Adapun tahun 2009 pileg 71% dan pilpres 73%. Ini jelas bahwa golput 28% dengan jumlah 49,2 juta penduduk pada tahun 2009. Data Pileg 2014 ini menunjukkan bahwa golput turun menjadi 24,89%. Ada penurunan golput, namun sepertinya memang belum signifikan (cuma sekitar 4,1%) . Pada saat Pileg angka golput yg masih cukup tinggi itu menurut saya memang tidak mengejutkan karena citra politisi dan partai politik memang sangat tidak menarik untuk meningkatkan partisipasi pemilih, belakangan ini. Saya yakin dalam pilpres 2014 ini akan terjadi penurunan golput juga dibandingkan Pilres 2009. Namun, apakah golput pada Pilpres kali ini ini akan mengalami penurunan yang signifikan ? Mari kita tunggu statistiknya nanti seperti apa setelag Pileg. Tapi kalau ditanya diri saya sendiri, saya jawab, ya saya mungkin termasuk kelompok itu. Dulu saya GOLPUT (dalam beberapa Pemilu) dan sekarang saya memilih menggunakan hak pilih saya dan bahkan aktif bahkan aktif menyuarakan pilihan saya dengan argumennya. Salah satu alasannya bagi saya kehadiran Jokowi sebagai salah satu Capres memberi "harapan" atas banyak perubahan yang perlu kita lakukan di negeri ini. Jika dulu Ibu Megawati mencalonkan dirinya sendiri atau Prabowo (seperti yg diharapkan Partai Gerindra) dan dari partai2 lain tak ada wajah2 baru, mungkin saya akan tetap Golput. Apakah memilih Jokowi itu "jaminan" berhasil atau "pasti" Indonesia akan lebih baik ? Tentu saja tidak ada yang dapat menjamin hal itu. Kita semua, rakyat Indonesia tetap harus melihat dan melakukan koreksi jika tidak sesuai. Karena, bagaimanapun, Jokowi , seperti kita juga, adalah merupakan manusia biasa. Akan banyak kaum oportunis yang berusaha membonceng (jika Jokowi menang) demi sepotong kekuasaan atau segepok uang untuk diri mereka sendiri.Disamping itu, perlu proses dan perlu waktu untuk melakukan banyak perbaikan diberbagai bidang di negeri ini. Masalah korupsi saja misalnya sudah demikian mendarah daging dan membudaya di hampir semua lini kehidupan di negeri ini. Juga, dibalik proses dan waktu itu, juga perlu adanya komitmen dan kerja keras yang terus menerus. Saya melihat apa yang dilakukannya (Jokowi) di Solo dan di Jakarta (walau belum selesai), menunjukkan Jokowi sudah biasa menghadapi berbagai masalah di masyarakat dan di negeri kita. Dia juga punya pengalaman memimpin masyarakat sipil (bukan hanya memimpin sekelompok anggota tentara atau militer, karena itu beda sekali). Jokowi lebih sederhana dan berada ditengah masyarakat saat ada masalah serta mencari solusi langsung sesegera mungkin. Tindakannya real dan bukan hanya ngomong, pidato atau janji2 atau beriklan belaka. Itulah sebabnya kali ini saya ikut dan aktif memilih, tidak GOLPUT lagi. Saya tidak ingin kehilangan harapan itu disaat kesempatan untuk menjadikan negeri ini lebih baik itu terbuka. Bagi para GOLPUTer, saya anjurkan kali ini anda memilih. Jangan buang kesempatan untuk memilih Capres yang menurut anda dapat membantu dan mendorong terus perubahan kearah yang lebih baik di negeri ini. Dan, silahkan pilih Capres yang terbaik dari 2 pilihan kita yang ada saat ini sesuai pengamatan anda (dan pilihan anda tidak harus sama dengan saya). Jika anda masih bingung dan tidak menemukan referensi yang netral karena begitu banyak info Capress yang simpang siur (bahkan kadang ngawur) akhir-akhir ini, baca deh ulasan tentang Profil dan Rekam Jejak Jokowi dan Prabowo. Selamat memilih. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H