Lihat ke Halaman Asli

Agussalim Ibnu Hamzah

Historia Magistra Vitae

Penguasa Zalim dan Bencana Alam: Azab atau Musibah yang Kebetulan?

Diperbarui: 17 Januari 2025   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hukuman untuk kaum Sodom (Sumber: TvOnenews)

Sebuah video singkat melintas di salah satu grup whatsapp penulis. Konten singkat itu memberi pesan bahwa di antara sumber ketertinggalan atau keterbelakangan bangsa Indonesia adalah logika mistika. Di antara cara pandang logika mistika dimaksud adalah bahwa bencana alam merupakan azab. Penulis tidak tahu pasti apakah konten yang mengutip pendapat seorang tokoh pergerakan di Indonesia ini terinspirasi dengan pandangan banyak orang tentang kasus kebakaran di Los Angeles, Amerika Serikat. Memang banyak orang yang menghubungkan kebakaran di negara bagian California ini dengan Gaza, terkhusus ancaman Donald Trump untuk menjadikan Timur Tengah seperti neraka.

Penulis lalu mencoba menjelajahi beberapa referensi berupa buku atau kitab untuk melakukan literasi lebih lanjut apakah benar bencana alam itu merupakan azab atau murni musibah yang terjadi secara kebetulan?

Akhirnya penulis memilih kitab terjemahan karya ulama besar Imam Al-Qurthubi berjudul At-Tadzkirat fi Ahwali al-Mauta wa Umur al-Akhirat. Versi bahasa Indonesia kitab ini diberi judul "Mengungkap Rahasia Kematian, Alam Akhirat, dan Kiamat." Kitab setebal 730 halaman ini berisi pembahasan 289 bab.

Setidaknya ada dua bab yang penulis pilih untuk menjadi referensi guna membahas apakah bencana alam atau musibah---termasuk penguasa zalim---merupakan azab? Ataukah murni musibah yang terjadi secara kebetulan dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan manusia di sekitarnya?

Penyebab Penguasa Zalim Ditimpakan pada Suatu Kaum

Meski judul bab 246 yang ditulis oleh Imam Al-Qurthubi tidak spesifik tentang penguasa zalim, tetapi dalil yang dirujuk menyangkut keadaan yang menyebabkan dikirimnya penguasa zalim kepada suatu kaum. Hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Al-Hafizh Abu Nu'aim Sulaiman bin Ahmad tersebut bersumber dari Rasulullah melalui sahabat Abu Darda' bahwa Rasulullah pernah bersabda:

"Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung berfirman, 'Aku adalah Allah. Tidak ada Tuhan selain Aku yang menguasai para penguasa, dan Raja seluruh raja. Hati seluruh raja ada di tangan-Ku. Apabila hamba-hamba itu mau taat kepada-Ku, niscaya Aku alihkan hati para penguasa mereka untuk mengasihi dan menyayangi mereka. Dan sesungguhnya apabila hamba-hamba itu durhaka kepada-Ku, niscaya Aku alihkan hati para penguasa mereka untuk marah dan membenci mereka sehingga para penguasa itu menimpakan siksa yang kejam kepada mereka. Janganlah sibukkan diri kalian mendoakan celaka para penguasa itu. Tetapi sibukkanlah diri kalian dengan mengingat dan menghiba-hiba kepada-Ku, niscaya Aku akan menolong kalian dari para penguasa kalian."

Merujuk pada dalil di atas maka kedurhakaan suatu kaum terhadap Tuhannya menjadi sebab mereka dipimpin oleh penguasa zalim. Hal ini tentu mudah dipahami, apalagi jika dihubungkan dengan sistem pemilihan pemimpin melalui suara terbanyak. Itulah sebabnya ada pameo bahwa pemimpin suatu kaum menjadi gambaran kaum tersebut.

Meski demikian, menyikapi kehadiran pemimpin zalim tersebut bukanlah dengan mendoakan kecelakaan buat mereka melainkan kembali mengadu kepada Sang Pencipta dan Penggenggam Hati para penguasa itu yakni mengembalikan ketaatan kepada-Nya.

Penyebab Ditimpakannya Angin Hamra' (Angin Panas)

Hal ini dibahas oleh Imam Al-Qurthubi di bab 269 berdasarkan hadits dari Imam At-Tirmidzi yang bersumber dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, "Apabila harta fai' (harta rampasan perang) digilir dari satu golongan ke golongan lain, amanat menjadi harta rampasan, zakat dianggap denda, selain ilmu agama didalami, seorang suami taat kepada istrinya, berani kepada ibunya, dekat dengan teman karibnya, jauh dengan ayahnya, muncul suara-suara gaduh di masjid-masjid, suatu kabilah dipimpin oleh orang yang fasik, suatu kaum dipimpin oleh orang-orang yang hina, seorang dimuliakan karena takut akan kejahatannya, para biduan dan pemusik bermunculan, arak-arak diminum, dan umat yang terakhir ini mengutuk umat terdahulu, maka pada saat itu hendaklah mereka menunggu datangnya angin hamra', atau gempa, tenggelamnya bumi, perubahan bentuk muka, pelemparan batu dari langit, dan tanda-tanda lain yang datang bertubi-tubi, laksana kalung mutiara yang rapuh dan putus benangnya lalu lepas terurai."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline