Di artikel tentang Slobodan Milosevic kita sudah membahas sepintas sosok Mirjana Markovic, istri sekaligus guru politik bagi Presiden Serbia dan kemudian Yugoslavia, Slobodan Milosevic. Maka pada bagian ini kita akan mengulik lebih dalam tentang sosok ibu negara yang sangat dominan perannya membentuk karakter politik Presiden Milosevic.
Masa Kecil dalam Kehidupan yang Keras
Mirjana Markovic yang sejak kecil akrab dipanggil Mira dilahirkan di Pozarevac, Serbia pada 10 Juli 1942 atau setahun lebih muda dari Slobodan Milosevic. Ayahnya yang bernama Moma Markovic dan ibunya, Vera Miletic merupakan partisan pejuang Yugoslavia melawan penguasaan Nazi Jerman.
Mira dilahirkan di tengah gerilya dan gejolak Komunisme menentang penguasaan Nazi Jerman di Yugoslavia. Itulah sebabnya kehidupan kecil Mira hampir dipenuhi dengan kehidupan keras dan intrik pembunuhan. Ibu Mira yang aktivis partai komunis ditangkap dan disiksa oleh Nazi. Penyiksaan ini membuat ibunya tidak tahan dan membuka rahasia perjuangan kaum komunis melawan Nazi. Ibunya lalu dieksekusi di kamp konsentrasi Banjica. Tuduhan pengkhianatan terhadap ibunya juga berakibat pada Mira yang dibenci oleh kelompok komunis. Mira sendiri bahkan nyaris dibunuh justru atas perintah kakeknya sendiri.
Menikah Setamat SMA dan Kuliah di Perguruan Tinggi yang Sama
Markovic bertemu Milosevic pada tahun 1958 di perpustakaan SMA tempat mereka bersekolah. Saat itu Markovic tengah menikmati bacaan favoritnya tentang Tragedi Antigone. Peristiwa tragis ini berkisah tentang seorang wanita muda yang berusaha memperbaiki reputasi saudara laki-lakinya yang bernama Creon. Kelak setelah Markovic menjadi seorang ibu negara bagi suaminya, ia berusaha keras memperbaiki citra ibunya sebagai pengkhianat Partai Komunis di masa lalu. Caranya dengan menghancurkan berbagai dokumen partai yang ada sangkut-pautnya dengan ibunya.
Sejak pertemuan Markovic dan Milsovic di bangku SMA, mereka menjadi dua sahabat yang tidak terpisahkan. Keduanya memang memiliki persamaan tentang latar belakang keluarga yang mengalami perpecahan. Markovic dan Milosevic menjadi anak-anak yang tumbuh dewasa tanpa perhatian seorang ayah. Milosevic ditinggalkan oleh ayahnya yang memilih kembali ke kampung halamannya di Montenegro, sementara Markovic ditinggalkan ayahnya yang menikah lagi setelah ibu Markovic dianggap berkhianat terhadap Partai Komunis.
Persahabatan Markovic dan Milosevic juga diikat oleh organisasi yang sama. Keduanya adalah aktivis Partai Komunis Serbia sejak mereka masih remaja. Maka tidak mengherankan jika keduanya sepakat untuk mengikat hubungan mereka melalui jalinan pernikahan pada tahun 1965, tujuh tahun setelah mereka bertemu pertama kali di bangku SMA.
Mereka juga bersepakat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang sama, Universitas Beograd di ibukota Yugoslavia. Bedanya, Markovic memilih jurusan Filsafat Politik sementara Milosevic lebih memilih Ilmu Hukum. Markovic kemudian mendapat gelar Ph.D dalam bidang Sosiologi dan mengajar di Universitas Beograd. Ia sekaligus merupakan anggota kehormatan Russian Academy of Sciences (Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia).
Motivator dan Mentor Politik bagi Slobodan Milosevic