Lihat ke Halaman Asli

Agussalim Ibnu Hamzah

Historia Magistra Vitae

Tragedi Sumiarsih dan Purwanto: Hancurnya Dua Keluarga Karena Bisnis Prostitusi

Diperbarui: 23 Juni 2024   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumiarsih dan Purwanto dengan latar belakang Sumiarsih dan putranya sebelum eksekusi mati (UT Hongkong & Macau)

Sumiarsih awalnya adalah seorang kembang desa kelahiran Jombang, 1948. Menikah muda tetapi bercerai karena alasan finansial. Wanita muda ini lalu memutuskan merantau ke Jakarta pada tahun 1970 untuk mengubah nasibnya. Awalnya ia bekerja di warung makan, tetapi karena dianggap tetap tidak mencukupi maka ia berpindah ke sebuah tempat hiburan malam di sekitaran Ancol. 

Kehidupan malam inilah yang membuatnya tergelincir ke dunia malam dengan menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) sekaligus menjadi wanita simpanan. Pernak-pernik dunia malam telah menyulapnya dari gadis desa menjadi primadona kota yang diidolakan lelaki penjelajah malam.

Kecantikan dan pesonanya membuatnya menjadi "buah bibir" di kalangan pelanggannya sehingga ia menjadi incaran pelanggan kalangan atas berdompet tebal. Inilah yang mengantarkan Sumiarsih meraih mimpi-mimpinya saat di desa. Apalagi setelah dipersunting oleh pria pelanggannya, seorang duda beranak satu bernama Djais Adi Prayitno. 

Keduanya lantas berkolaborasi membangun mimpi lebih tinggi lagi, tetapi bukan di Jakarta melainkan di Surabaya. Tepatnya di lokalisasi terbesar di Asia Tenggara kala itu, Gang Dolly yang dihuni ribuan PSK di puluhan wisma.

Adapun Purwanto bukanlah seorang lelaki biasa. Ia adalah perwira menengah di Surabaya berpangkat Letnan Kolonel. Bukan hanya pangkat yang dua langkah lagi akan meraih bintang, tetapi jabatan dan posisinya pun sangat strategis. Ia adalah Kepala Primer Koperasi Angkatan Laut (Primkopal).

Purwanto tidak terlibat cinta terlarang dengan Sumiarsih, tetapi ia adalah pelanggan setia di "Happy Home" milik mucikari yang akrab disapa Mami Rose itu. Purwanto sebagaimana Sumiarsih juga memiliki keluarga yang bahagia---secara finansial, dan masa depan yang semestinya menjanjikan. 

Kita bisa bayangkan bagaimana cerahnya masa depan seorang mucikari kelas atas di Gang Dolly, juga masa depan keluarga perwira menengah yang dua tapak lagi akan menjadi perwira tinggi. Sayangnya, godaan bisnis prostitusi menghancurkan impian keluarga Purwanto terlebih lagi keluarga Sumiarsih yang memang fondasinya dibangun di atas harta yang tidak berkah. 

Bagaimana sesungguhnya kisah tragedi kedua keluarga ini? Kami mencoba menyajikannya untuk menjadi pelajaran, disarikan dari berbagai sumber baik chanel youtube maupun media online lainnya.

Penulis memilih kisah Sumiarsih dan Purwanto sehubungan dengan viralnya W Superklub di Kota Makassar. Tempat hiburan milik seorang pengacara kondang di Indonesia ini dicurigai menjalankan bisnis prostitusi. Terlepas dari benar tidaknya dugaan ini, tentu pihak kepolisian dan pemerintah yang lebih tahu. 

Bukan kebetulan, Makassar juga adalah kota pelabuhan layaknya Surabaya. Prostitusi yang berpusat di jalan Nusantara juga dianggap masih "bergeliat" terutama di malam hari. Semoga W Superklub yang terletak di kawasan bisnis elit Center Poin Indonesia (CPI) Makassar tidak terbukti menjalankan bisnis terlarang dan semoga jalan Nusantara tidak menjelma layaknya Gang Dolly di Surabaya pada masanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline