Peristiwa sejarah yang selalu dikenang saat Hari Raya Idul Adha yang disusul dengan penyembelihan kurban adalah kisah Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail. Maka alangkah baiknya jika kita membaca ulang kisah Nabi Ibrahim alaihissalam untuk membantu kita memahami salah satu episode sirah nabawiyah terbaik dari salah seorang nabi sekaligus kekasih Allah. Beliau adalah nabi bergelar Bapak Para Nabi, sebab dari kedua putra beliau lahirlah para nabi hingga nabi terakhir Muhammad Sallallaahu alaihi wasallam. Kami memilihkan sumber kisah ini dari kitab ulama besar, Ibnu Katsir rahimahullah yang berjudul Qashashul Anbiya.
Nabi Ibrahim juga masih merupakan keturunan Nabi Nuh melalui putranya, Sam. Nabi Ibrahim menikahi Sarah anak dari pamannya, Haran. Awalnya mereka tinggal di Babilon sehingga terjadilah kisah fenomenal Nabi Ibrahim as versus Namrud.
Setelah azab menimpa kaumnya dan Namrud, maka Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan negerinya. Ibrahim bersama ayahnya, Sarah, dan keponakannya, Luth bin Haran, meninggalkan Babilon menuju Baitul Maqdis. Sayangnya, ayah Ibrahim as wafat dalam perjalanan sebelum sampai ke Baitul Maqdis. Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim dan keluarganya sempat meninggalkan Baitul Maqdis yang dilanda kekeringan. Mereka pindah ke Mesir tetapi di sana mereka bertemu dengan raja lalim yang tertarik dengan kecantikan Sarah. Meski demikian, setiap raja hendak berbuat tak pantas terhadap Sarah ia tertimpa petaka atau musibah. Hal itu berulang hingga tiga kali, hingga raja lalim itu menyerah. Ia bahkan menghadiahkan pelayan kepada Sarah yang bernama Hajar Al-Qibthiyah al-Mishriyah.
Kelahiran Ismail dan Kecemburuan Sarah
Setelah 20 tahun menetap di Baitul Maqdis, pasangan Nabi Ibrahim dan Sarah tidak juga dikaruniai anak. Sarah yang merasa bahwa dirinya yang mandul, lalu meminta suaminya untuk menikahi pelayannya. Namun, setelah Hajar hamil, api cemburu justru mulai menyala dalam diri Sarah. Hajar yang takut akan perlakuan Sarah, lalu melarikan diri dan singgah di salah satu mata air. Seorang malaikat datang dan berkata padanya, "Jangan takut, karena Allah akan memberikan kebaikan melalui bayi yang kau kandung ini." Malaikat itu menyuruh Hajar agar kembali dan menyampaikan berita gembira kepadanya, bahwa ia akan melahirkan seorang anak yang akan ia beri nama Ismail. Ia nantinya akan menjadi seorang pemimpin, berkuasa dan dibela banyak orang, ia akan menguasai seluruh negeri saudara-saudaranya. Hajar bersyukur kepada Allah 'Azza wa Jalla atas berita gembira itu. Para ahli sejarah menyebutkan, Hajar melahirkan Ismail saat Nabi Ibrahim berusia 86 tahun, tepat tiga tahun sebelum kelahiran Ishak.
Ibrahim langsung tersungkur sujud. Allah berfirman padanya, "Aku telah mengabulkan permintaanmu terkait Ismail, Aku memberkahinya. Aku akan memperbanyak keturunannya, dan ia akan memiliki 12 orang besar, dan Aku akan menjadikannya seorang pemimpin suku bangsa yang besar."
Setelah Hajar melahirkan Ismail, kecemburuan Sarah makin terbakar. Ia meminta Nabi Ibrahim agar membawa Hajar pergi. Ia tak ingin melihat wajah Hajar.
Syaikh Abu Muhammad bin Abu Zaid menuturkan dalam An-Nawaadir, Sarah marah terhadap Hajar hingga bersumpah akan memotong tiga bagian tubuhnya. Ibrahim kemudian menyuruh Sarah untuk menindik kedua telinga Hajar dan menyunatnya, hingga sumpahnya terbayar. Suhaili menyatakan, "Hajar adalah wanita pertama yang ditindik, dan wanita pertama yang memanjangkan bagian belakang baju."
Ibrahim kemudian membawa Hajar pergi bersama Ismail, lalu ditempatkan di sebuah lembah yang saat ini adalah Makkah. Menurut salah satu sumber, Ismail saat itu masih disusui.
Shafa-Marwa dan Sumur Zam-Zam