Kontroversi terkait siapa di balik kecelakaan helikopter yang menyebabkan tewasnya Presiden Iran, Ebrahim Raisi beserta rombongan masih terus bergulir. Seperti diketahui Presiden Iran dan lima penumpang lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri Iran dan Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur tewas kecelakaan setelah helikopter yang mereka tumpangi menghantam tanah pegunungan di perbatasan Azerbaijan pada Minggu, 19 Mei 2024. Cuaca buruk diduga kuat sebagai penyebab kecelakaan rombongan Presiden Iran yang dalam perjalanan meresmikan bendungan Khoda Afarin dan beberapa proyek nasional di provinsi Azerbaijan Timur. Pesawat jatuh saat perjalanan dari bendungan ke kilang Tabriz. Pejabat Iran juga mengakui bahwa pesawat mengalami masalah karena kabut tebal saat perjalanan pulang dari perbatasan Iran-Azerbaijan. Demikian dikutip Kompas.com (20/5/2024) dari media Iran, IRINN.
Beberapa spekulasi kemudian mengiringi peristiwa tragis yang menewaskan Presiden Iran tersebut. Apalagi jika dihubungkan dengan fakta bahwa hanya berselang beberapa pekan sebelum peristiwa tragis ini Iran memposisikan diri sebagai pihak yang paling keras menentang agresi Israel di Rafah. Bahkan bukan hanya menentang, Iran bahkan melakukan beberapa kali serangan yang menargetkan Israel. Maka sudah patut diduga jika di antara spekulasi yang berkembang adalah dugaan Israel terlibat dalam kecelakaan tersebut.
Adakah Sabotase Intelijen Israel?
Di antara spekulasi yang penulis kemukakan adalah dari sudut pandang intelijen sebagaimana dipaparkan oleh mantan Kepala Badan Intelijen Strategis TNI, Sulaeman Pontoh dalam wawancara Liputan 6 SCTV (21/5/2024). Menurutnya, untuk pejabat sekelas Presiden tentu disiapkan pesawat dan pilot yang dalam keadaan "top". Menurutnya, selain cuaca buruk faktor sabotase khususnya terhadap sistem navigasi sangat dimungkinkan. Ia menambahkan bahwa disebutnya Israel juga dimungkinkan mengingat hubungan tidak mesra Israel dengan Iran. Meskipun demikian ia tidak berani menegaskan bahwa ada peran intelijen Israel dalam peristiwa jatuhnya pesawat Presiden Iran beserta rombongan tersebut karena hal ini akan sangat sulit dibuktikan. Hal yang bisa ditegaskan bahwa saat cuaca buruk, maka pilot akan bergantung pada sistem navigasi, dan jika sistem navigasinya error dibajak maka terjadilah kecelakaan.
Dugaan adanya sabotase memang cukup beralasan dengan didukung oleh adanya kejanggalan dalam peristiwa jatuhnya pesawat Presiden Iran tersebut. Di antara kejanggalannya adalah mengapa hanya helikopter Presiden yang jatuh sementara dua helikopter lainnya selamat meski menerjang cuaca buruk. Kejanggalan ini diungkap oleh mantan analis Pentagon, Michael Maloof dikutip Tribunnews dari Sputnik (22/5/2024). Maloof mengemukakan analisanya dalam program The Critical Hour on Monday. Ia bertanya-tanya, mengapa helikopter yang jatuh adalah yang ditumpangi Presiden Raisi. Jika penyebabnya kabut tebal maka dua helikopter lainnya kemungkinan juga bernasib sama. Analisa berikutnya yang memungkinkan kebenaran sabotase karena helikopter terbang di atas wilayah yang berbatasan dengan Azerbaijan, sekutu dekat Israel. Meski Israel telah membantah, tetapi Maloof memberi catatan bahwa Israel punya sejarah dugaan keterlibatan dalam operasi rahasia di Iran. Termasuk dalam kasus pengeboman pipa hingga pembunuhan ilmuwan nuklir.
Alibi Israel
Bagaimana respon Israel? Tel Aviv bukan hanya membantah tuduhan terlibat dalam insiden kecelakaan pesawat Presiden Iran dan rombongannya, mereka juga merasa khawatir jika Presiden Iran selanjutnya merupakan sosok pemimpin yang lebih membenci Israel. Mereka bahkan menyebut satu kemungkinan jika sosok yang dimaksud adalah Mahmoud Ahmadinejad yang mereka anggap sebagai musuh bebuyutan.
Di antara alibi yang disampaikan oleh Israel bahwa mereka tidak punya kepentingan dengan kematian Presiden Raisi. Alasannya karena segala keputusan Teheran merupakan tanggung jawab pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei termasuk program nuklir Iran hingga kampanye melawan Israel. Hal ini sebagaimana dilansir Tribunnews (20/5/2024).
Terbaru, pemimpin tertinggi Iran ini mengadakan pertemuan dengan pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh pada Rabu (22/5/2024) seusai pemakaman jenazah Presiden Raisi. Di pertemuan yang ikut dihadiri oleh presiden sementara Iran itu, Khamenei menyebut bahwa penghapusan negara Israel merupakan satu kemungkinan. Hal ini sebagaimana dilansir video Kompas.com (22/5/2024).
Apakah AS "Terlibat"?