Lihat ke Halaman Asli

Agussalim Ibnu Hamzah

Historia Magistra Vitae

Warga NU Terbelah di Pilpres 2024: Hasil Survei dan Ulasan Pakar

Diperbarui: 21 Januari 2024   16:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga capres di Pilpres 2024: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan (Sumber: Kompas.com)

Di tulisan sebelumnya, kita mengulas seruan Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Syaifullah Yusuf yang mengajak warga NU tidak memilih pasangan Anies-Muhaimin sebagai respon terhadap dukungan Abu Bakar Ba'asyir ke pasangan nomor 01 ini. 

Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya kemudian menjelaskan bahwa pernyataan Sekjend PBNU, Gus Ipul merupakan pernyataan pribadi bukan atas nama lembaga. 

Dikutip dari laman resmi NU Online (18/1/2024), Gus Yahya menegaskan bahwa NU secara lembaga tidak terlibat dalam kampanye atau dukung-mendukung dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024.

Meski demikian, ia mengaku tidak berhak menghalang pribadi-pribadi untuk mendukung siapapun selama tidak mengatasnamakan lembaga atau organisasi. 

PBNU juga sejak awal sudah menekankan bahwa tidak ada capres-cawapres yang boleh mengatasnamakan NU. Itulah sebabnya, mereka yang terlibat dalam pemenangan pasangan calon (paslon) di Pilpres 2024 harus cuti dari posisi mereka di struktural NU.

Sikap inilah yang dipilih oleh tokoh NU seperti Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid. Meski bergabung ke Tim Kampanye Prabowo-Gibran, Khofifah Indar Parawansa tidak mengarahkan Nahdyilin ke pasangan ini. 

Begitupun, Yenny Wahid yang meski bergabung ke Tim Pemenangan Ganjar-Mahfud, tetapi ia juga menegaskan netralitas NU. Dengan demikian, PBNU secara kelembagaan memilih bersikap netral dalam Pilpres 2024. 

Muhaimin Iskandar sendiri yang merupakan cucu pendiri NU juga tidak pernah memberikan tekanan kepada warga NU untuk memilih dirinya yang berpasangan dengan Anies Baswedan. Ia justru menekankan bahwa NU harus menjaga sikap berpolitik netral.

Sejak Muktamar ke-27 di Situbondo, Jawa Timur ditetapkan bahwa NU kembali ke khittah 1926 yakni sebagai organisasi agama dan kemasyarakatan dan bukan sebagai partai politik. 

Sebagaimana kita ketahui, saat berbentuk parpol, prestasi terbaik NU adalah memenangkan Pemilu 1955 bersama PNI, Masyumi dan PKI. Ketika itu NU menempati urutan ketiga peraih suara terbanyak yaitu 18,4% dari keseluruhan suara atau sekitar 7 juta suara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline