Lihat ke Halaman Asli

Agussalim Ibnu Hamzah

Historia Magistra Vitae

Tiga Saelan Bersaudara: Inspirasi Kepahlawanan Lintas Zaman

Diperbarui: 10 November 2023   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolonel CPM Maulwi Saelan saat mengawal Presiden Sukarno meresmikan Stadion GBK dan Pembukaan Ganefo 1962 (sumber: Fajar) 

Di beberapa artikel berselang, kami pernah mengulas tentang pahlawan nasional Emmy Saelan. Di edisi kali ini kita akan kembali mengenang selintas perjuangannya untuk memaknai peringatan Hari Pahlawan. Bedanya, kita juga akan mengenang perjuangan dua saudaranya yaitu Maulwi Saelan dan Elly Saelan. Jangan sampai banyak di antara kita yang hanya mengenal Emmy Saelan, tetapi melupakan dua saudaranya ini.

Emmy Saelan: Srikandi Palang Merah yang Gugur Meledakkan Diri

Profil Emmy Saelan sudah pernah kami tulis dalam beberapa artikel sebelumnya. Meski demikian, agar pesan tulisan kali ini lebih lengkap mungkin ada baiknya kita kenang kembali. Emmy---demikian ia disapa---berlatar belakang sebagai perawat. Tetapi panggilan jiwa untuk berjuang menegakkan kemerdekaan lebih memenuhi relung hatinya. Maka ia pun masuk ke belantara markas pemuda pejuang. Pengalaman sebagai perawat menjadi alasan laskar mempercayainya sebagai Ketua Palang Merah.

Meski begitu, ia menjalankan beberapa peran termasuk misi spionase masuk kota Makassar sebelum laskar bergerak masuk kota. Bahkan tak jarang ia terlibat dalam pertempuran, meski menjadi satu-satunya wanita di medan tempur menghadapi Belanda dan kaki tangannya. Termasuk saat ia menderita sakit seperti saat 85 pemuda berjalan kaki dari Polongbangkeng Selatan, Takalar lalu menyeberangi sungai Jeneberang masuk kota Makassar. Tiba di dalam kota mereka langsung terlibat kontak senjata dengan serdadu Belanda.

Emmy Saelan (sumber: Fajar)

Setelah melalui beberapa misi berbahaya dan pertempuran terbuka, ia tetap gugur sebagai seorang srikandi pejuang palang merah. Ia memutuskan meledakkan diri saat ia dan serombongan kecil pemuda yang luka-luka dan pengawal 10 orang terkepung dalam sebuah perjalanan. Granat tangan itu pun meledak di saat usia Emmy baru menginjak 23 tahun. Meski ia gugur bersama pemuda pejuang lainnya, ia berhasil menewaskan 8 serdadu Belanda.

Maulwi Saelan: Benteng Republik, Benteng Bung Karno dan Benteng PSSI

Tidak banyak pahlawan yang mendapat kehormatan menyandang beberapa predikat ini. Pahlawan yang beruntung itu adalah adik Emmy Saelan yang lebih dulu bergabung dalam kelaskaran di Sulawesi Selatan. 

Maulwi Saelan tidak ada di sisi Emmy Saelan saat peristiwa mengenaskan gugurnya sang kakak. Ia yang sedang memimpin kesatuan pemuda di medan tempur lainnya hanya mengutus seorang anak buahnya untuk mengawasi kakaknya. 

Hal ini ia lakukan karena ada firasat buruknya sesuatu akan terjadi. Firasat kuat sang adik yang hanya berselisih  dua tahun ini terbukti setelah anak buahnya yang bernama Abdul Rahim kembali dan melaporkan tentang bagaimana kakaknya gugur di hadapan musuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline