Lihat ke Halaman Asli

Agussalim Ibnu Hamzah

Historia Magistra Vitae

Pembunuhan Berencana yang Melibatkan Banyak Orang terhadap Putra Ken Arok

Diperbarui: 18 Agustus 2022   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Penyerangan pada masa kerajaan Hindu-Buddha. Sumber: Kelas Guru.com

Putra Ken Arok yang dimaksudkan di tulisan ini adalah Tohjaya. Putra Ken Arok dari istri mudanya bernama Ken Umang ini dibunuh melalui sebuah skenario  pembunuhan berencana yang melibatkan banyak orang.

Disinggung di tulisan sebelumnya bahwa Tohjaya yang membunuh Anusapati (putra Tunggul Ametung yang membunuh Ken Arok). Meski demikian, kematian Anusapati tidak membuat Tohjaya tenang karena Anusapati meninggalkan seorang putra, seorang ksatria Tumapel bernama Ranggawuni. Apalagi Ranggawuni didukung oleh pamannya Mahisa Wongateleng (saudara Anusapati tetapi anak dari Ken Arok dengan Ken Dedes). Ini berarti Wongateleng juga sekaligus saudara Tohjaya.

Pranaraja memberikan pertimbangan bahwa Ranggawuni bersama Mahisa Wongateleng bisa membahayakan Tohjaya, sehingga Tohjaya memerintahkan Lembu Ampal untuk membunuh Ranggawuni dan Wongateleng disertai ancaman jika ia gagal maka ia yang akan dibunuh oleh Tohjaya.

Mengetahui rencana pembunuhan itu, Ranggawuni dan Wongateleng segera melarikan diri dan bersembunyi di rumah Panji Patipati. Sementara itu Lembu Ampal resah karena tak berhasil menemukan keberadaan kedua ksatria itu. Ia sangat khawatir atas peringatan tuannya bahwa jika ia gagal menjalankan misinya, maka ia yang akan dibunuh.

Dikisahkan kemudian dalam Pararaton bahwa Lembu Ampal juga mencari rumah persembunyian yang ternyata justru bertetangga dengan Panji Patipati. Mengetahui bahwa target buruannya ada di rumah Patipati, maka ia segera menemui kedua ksatria itu. Ia menceritakan bahwa ia memang diperintahkan membunuh mereka, tetapi ia takut berdosa. Setelah itu ia meminta disumpah untuk menghambakan diri kepada mereka.

Dua hari kemudian, Lembu Ampal kembali menemui kedua tuannya. Ia memaparkan sebuah skenario untuk membunuh Tohjaya. Hari itu juga Lembu Ampal memulai skenarionya. Dimulai pada sore hari, ia membunuh seseorang dari kalangan Rajasa, setelah itu ia berlari ke orang Sinelir. 

Orang-orang Rajasa menyangka pembunuhnya adalah orang Sinelir. Dua hari berselang, Lembu Ampal membunuh orang Sinelir lalu berlari ke orang-orang Rajasa. Orang-orang Sinelir berkata bahwa orang Rajasa balik membunuh orang Sinelir.

Peristiwa ini sampai ke istana, tetapi orang-orang Rajasa dan Sinelir tidak peduli sehingga Tohjaya murka. Ia memerintahkan membunuh pemimpin dari kedua kampung itu. Mengetahui hal ini, Lembu Ampal terlebih dahulu menemui dua pemimpin Rajasa dan menyarankan keduanya bergabung dengan kedua tuannya yakni Ranggawuni dan Wongateleng.

"Kata orang Rajasa, "Tuanku berdua, sudilah kiranya bergabung dengan orang Rajasa, kami akan menuruti segala perintah Tuanku, Tuanku mengambil sumpah untuk mencegah jika ada yang tidak setia, meskipun hal itu tidak akan terjadi". Demikianlah orang Sinelir, para pemimpinnya, semuanya diundang, sama sanggup seperti orang Rajasa, dan kedua orang pemimpin setelah disumpah mendapat pesanan, "Nanti malam engkau kemari dan membawa pasukanmu masing-masing untuk menyerang istana", demikian dikisahkan dalam Pararaton.

Seperti yang sudah disepakati, pada malam harinya pemimpin Rajasa dan Sinelir datang bersama pasukan mereka masing-masing. Pasukan gabungan ini bergerak menyerang ke istana pada malam itu juga. Tohjaya yang terkejut dengan serangan mendadak itu mencoba meloloskan diri, tetapi nahas ia terkena tusukan tombak. Ia segera dilarikan ke sebuah kampung bernama Katang Lumbang tetapi nyawanya tak dapat diselamatkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline