Ada pesta kembang api di Kampung Jalan Laut, Sungailiat pada 27 Januari. Bukankah malam tahun baru Imlek 2571 sudah berlalu sejak puncak festival pada 24 Januari atau pkl. 00.00 pada 25 Januari lalu?
Malam tahun baru yang memungkasi Festival Harmoni ke-2 Imlek 2571 di Jalan Laut memang sudah berlalu dengan letusan kembang api selama 10 menit sejak pkl.00.00. Panitia festival juga sudah berpamitan melalui pembawa acaranya di panggung. (Baca juga "Harmoninya Kemeriahan Imlek 2571 di Kampung Jalan Laut Sungailiat")
Akan tetapi, pesta kembang api selanjutnya ini merupakan wujud syukur dan kebahagiaan sebuah keluarga yang mudik dalam rangka merayakan Imlek. Tidak perlu dikonversi lalu dikonvensi sebagai sebuah tradisi kolektif, 'kan?
Pesta kembang api 27 Januari atau hari ke-3 Imlek memang murni dari kebahagiaan sebuah keluarga. Selain kebahagiaan atas kepulihan kesehatan seorang ibu dan turut berbagi dalam bentuk sembako kepada warga setempat yang kurang mampu, anaknya pun berbagi kebahagiaan dengan warga setempat karena kampung halaman bapaknya serta leluhurnya di Jalan Laut selalu menjadi kesukaannya.
Suasana Imlek di Jalan Laut memang senantiasa menyenangkan baginya. Kemeriahan dan keharmonisan sepanjang masa festival selama tiga belas hari (12-24 Januari) sangat nyata, dan berbeda sekali dengan tempat-tempat yang pernah didiaminya, termasuk daerah asal ibunya di Balikpapan.
Warga Jalan Laut pun masih merasakan kemeriahan festival yang telah usai, apalagi para perantau masih berada di kampung halaman. Sebagian besar atribut festival masih berada di tempat. Lampion-lampion masih menyala.
Di Kampung Jalan Laut yang berpenduduk mayoritas Tionghoa ini perayaan Imlek atau kongian selalu berlangsung saban tahun, bahkan sebelum kemerdekaan Indonesia. Mungkin kisah-kisah perayaan Imlek juga telah melekat dalam ingatan si pemilik hajatan kali ini sehingga mudik ke kampung leluhur akan selalu menjadi bagian kebahagiaannya.
Sejak sore itu cuaca mendukung rencana dan situasi. Malam dan lampion-lampion adalah kombinasi yang harmoni untuk sebuah hajatan dalam kesempatan dan situasi yang tepat.
Di tempat acara festival itu juga mereka berkumpul kembali untuk menyambut pesta kembang api, bahkan bisa lebih santai dalam ruang terbuka. Suasana Imlek yang diwariskan oleh para leluhur masih merangkul dan memeluk semua generasi yang ada, termasuk milenial.
Keguyuban selama ratusan tahun tetap terjalin. Kebahagiaan bersama masih mengental, bahkan seorang perantau yang berada di Amerika Serikat dan tidak bisa mudik sehingga hanya bisa menangis tersedu-sedu ketika menyaksikan pertemuan antarkawan sekampung dengan luapan kebahagiaan.
Tidak jauh dari mereka, dua-tiga pria menyiapkan kembang apinya. Berdus-dus kembang api terhampar di halaman pentas depan panggung yang terpal atapnya telah terbuka.