Empat setengah bulan hanyalah sekejap. Balikpapan serasa sebuah mimpi belaka ketika saya sudah berada di Kupang, NTT lagi pada 8 Mei 2019 sekitar pkl. 21.00 WITA.
Aduhai, Gaes! Mirip sebagian lirik lagu keroncong "Tinggi Gunung Seribu Janji" ciptaan Ismail Marzuki pada 1946, dan dipopulerkan lagi oleh Bob Tutupoly pada akhir 1960-an. S'ribu tahun tak lama / Hanya sekejap saja / Kita 'kan berjumpa pula.
Sebelum Berangkat
Saya mundurkan waktunya sejenak, Gaes. Mohon sabar, ya?
Kalau ingatan tidak keliru, sekitar 1 Mei saya ditelepon oleh kawan saya, Elcid Li. Pembicaraan via seluler itu berkaitan dengan kesiapan saya untuk kembali ke Kupang, khususnya hari/tanggal, karena tiket akan dipesan.
Semula 7 Mei. Baiklah. Saya sepakati saja, bahkan mau 9, 10 ataupun 11 saya siap berangkat. Toh, masa liburan di rumah sendiri (Balikpapan) sudah terlalu lama sejak saya pulang pada 18 Desember 2018. Toh, koper saya masih berada di Kupang sebagai "jaminan" bahwa saya pasti kembali pada saatnya.
Namun pada 3 Mei saya ditelepon lagi. Katanya, harga tiket masih mahal. Ya, soal mahalnya tiket penerbangan juga saya ketahui melalui berita-berita mutakhir, bahkan pejabat pemerintahan terkait saja tidak sanggup berbuat apa-apa.
"Berangkatnya 8 Mei," katanya. "Segera kirim salinan KTP-mu."
Sip! Saya segera melakukan apa yang harus saya lakukan. Saatnya menyelesaikan apa yang harus saya selesaikan. Masa liburan tidak perlu diperpanjang lagi karena sudah terlalu panjang. Masak, sih, waktu berlibur sampai empat setengah bulan, Gaes?
Empat setengah bulan memang tidak terasa. Sekejap saja. Ya, itu bisa terjadi karena saya mengisi waktu luang dengan kegiatan yang menyenangkan. Menanam batang mawar, bertumbuh, dan berbunga pada bulan kedua. Ini merupakan pengalaman pertama seumur hidup saya.