Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Wahyono

TERVERIFIKASI

Penganggur

Berjualan Buku Sendiri dan Tsunami Selat Sunda

Diperbarui: 27 Desember 2018   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Malam Minggu, 22/12, pkl.9.30 WIB atau pkl. 10.30 WITA, saya masih berada di sebidang halaman parkir Universitas Balikpapan (Uniba). Di situ saya berjualan buku-buku saya sambil ngobrol dengan Arief, Adi, dll. setelah menikmati acara teater, musik, baca puisi, dan lain-lain yang ditampilkan oleh anggota baru dalam Unit Kegiatan Mahasiswa "Seni dan Musik" (SEMU) Uniba.

"Di kampus ada acara Semu. Ada penampilan anak-anak anggota baru. Teater musikalisasi puisi. Kebetulan puisiku ditampilkan. Mau lihat? Kalau mau aku jemput Bang," ajak Alfian sebelumnya, pkl. 16.28 WITA.

Saya mau saja. Di samping mau melihat suasana "lain" setelah pulang dari Kupang dengan suasana "aksi solidaritas di depan kantor gubernur NTT" (19/12), juga mencoba berjualan buku seperti yang biasa dilakukan oleh Felix Nesi (baru meraih Juara I Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018) dengan lapak Toko Buku "Fanu".

(Ki-ka) Istri Nur Koiri, Nur Koiris, saya, dan Vrendy (Dok. Alfiansyah)

(Ki-Ka) Saya, Bob, Nur Koiri, Vrendy, dan Dio (Dok. Alfiansyah)

Saya pikir, menjual buku sendiri secara langsung merupakan "ritual" yang wajib saya lakukan, baik sebagai pemilik buku maupun penerbit minimalis. Saya harus melihat, bagaimana respons para mahasiswa yang sedang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler bidang kesenian dengan jaminan nama saya yang tidak terkenal sama sekali.

Saya dan Alfian berangkat pkl. 19.45. Di punggung saya tersampir ransel berukuran sedang yang berisi buku-buku karya tunggal. Satu kumpulan gombal (2016), satu kumpulan kartun humor (2017), dua kumpulan puisi (2018), dua cerpen (2018), dan satu kumpulan artikel utama di Kompasiana.Com.   

Bulan dan bintang tidak terganggu oleh mendung. Dalam perjalanan saya membayangkan "profesi" baru yang akan saya lakoni dengan kesadaran dan kesenangan karena merasa kembali "muda" seperti mahasiswa S-1 lagi.

Bergaul dengan sebagian mahasiswa Uniba, khususnya UKM SEMU, bukanlah hal yang baru-asing. Sejak sekitar 2013 saya sudah beberapa kali ke sana untuk acara-acara "khusus". Hanya saja, kedatangan saya kali ini terhitung sejak saya "menyendiri" untuk berkarya selama sekitar 3 tahun silam (2015).

Di sana saya bertemu beberapa lulusan Uniba yang pernah aktif di unit kegiatan itu. Nurchoiri, Vrendy, Bob, Di0, Adi, dan lain-lain. Mereka memang masih memiliki kepedulian pada generasi penerus, meski sekadar hadir dan naik panggung dengan bermusik seperti ketika masih aktif.

dokpri

dokpri

dokpri

Alfian (kiri)

Dan, dari awal hingga akhir acara (pkl.22.00), cuaca sangat mendukung kegiatan di sebidang halaman parkir yang berdekatan dengan deretan kantin yang sudah sepi itu. Semua yang hadir dan yang terlibat sangat senang hingga bubar.

Sampai pkl.22.30 saya belum beranjak dari lapak buku. Saya dan 6 orang masih asyik ngobrol sambil duduk melingkar di meja yang menjadi lapak. Kopi hitam menemani obrolan kami.

Dok. Alfiansyah

Sekitar pukul 23.00 kami bubar. Buku saya terjual sebanyak 11 eksemplar. Saya senang sekali karena baru kali ini saya benar-benar membuka lapak secara langsung.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline