Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Wahyono

TERVERIFIKASI

Penganggur

Berawal dari Kedai Kopi Paste

Diperbarui: 5 Februari 2016   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah undangan dari Komunitas Kata Khayal masuk ke kotak surat elektronik (surel). Kubuka saja, apa isi undangan tersebut. “Minggu depan ada acara Kopi Darat di Kedai Kopi Paste, Mal Citraland, Jakarta Barat, untuk anggota Komunitas Kata Khayal yang berdomisili di Jabodetabek”. Di bagian bawah undangan tertera namamu sebagai ketua sekaligus pendiri komunitas.

Sarapan pagi berupa undangan, pikirku.

Tadi, sewaktu hendak berangkat ke kantor, aku memang tidak sempat bersarapan pagi. Menu andalanku sedang kosong di kios langgananku–sebuah kios kecil berdinding papan dan memakai dua roda. Menu itu adalah dua roti bulat berisi abon. Harganya Rp. 1.500,- per bungkus.

“Yang isinya selain abon, ‘kan, ada, Mas? Nih ada, isinya moka, coklat, selai nanas…”

“Nggak, ah. Kamu sudah hafal mauku, harusnya kamu simpan dong.”

“Iya kalau Mas kerja, lewat sini. Atau, nanti kupesankan yang isinya batu bata, ya?!”

“Ha-ha-ha-ha! Kenapa nggak sekalian isinya beton ready mix?!”

Tertawa pada pagi hari memang berdampak telak tetapi apa daya. Sudah menu andalan tidak tersedia, ditingkahi dengan canda. Terbiasa dengan bercanda dan mendapat sarapan, jelas, berbeda dengan bercanda tetapi tanpa mendapat sarapan.

Biasa, sih, bagi kalangan bawah semacam aku, mencandai lapar seolah tidak butuh makan. Dan, ini, sarapan saja menunya roti kayak orang bule. Dampak gemar nonton film Hollywood, ya? Bukan begitu. Kalau menunya nasi seperti umumnya, aku mudah kenyang. Kenyang pada pagi hari, bisa kontraproduktif. Kalangan bawah, kok, pakai istilah “kontraproduktif”?

Sudahlah, kulanjutkan lagi soal undangan yang di bagian bawah tertera namamu. Waktunya pkl. 19.00 WIB, atau aku sudah tidak berurusan dengan pekerjaan. Aku pasti hadir. Jarak antara Mal Citraland dan Gang Jablay–indekosanku–tidaklah jauh. Kalau malas berjalan kaki, ya, naik angkot. Cuma lima menit, kalau naik angkot. Artinya, tidak ada masalah dengan jarak.

Jelas tidak ada masalah dengan jarak. Ada yang lebih jauh, dan aku sudah beberapa kali ke sana, yaitu Taman Ismail Marzuki, tepatnya di PDS H.B. Jassin. Dari Jelambar–kelurahan yang melingkupi indekosanku–ke Cikini sana kutempuh dengan angkot dalam waktu yang tidak 5 menit, toh bukanlah ganjalan yang memanasi pantat. Lha, ini, cuma di Mal Citraland.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline