Dunia penerbangan Indonesia ‘diresahkan’ oleh desahan – bahkan dinilai tidak senonoh oleh sebuah media – yang bersumber dari kabin Maskapai Penerbangan Lion Air JT JT 990 rute Surabaya-Denpasar pada 14 November 2015 lalu. Hal tersebut kemudian diklarifikasi oleh kalangan terkait sebagai announcement. Titik.
Ya, titik. Namun, soal desahan – terlepas dari kasus di atas, selama sekian puluh tahun hanya menjadi rumor di kalangan tertentu dalam dunia penerbangan Indonesia, bahkan jauh tahun sebelum adanya Lion Air. Namanya juga “rumor”, ya, sekadar obrolan ‘kalangan terbatas’ yang tidak jelas faktanya.
Tidak jelas faktanya alias fitnah?
Begini. Fakta ataukah fiksi alias fitnah memang menjadi semacam rahasia bagian ‘kalangan tertentu’ seputar skandal-skandal asmara di dunia penerbangan yang bertiup dari telinga ke telinga ‘terbatas’. Bagi orang di luar ‘lingkaran skandal’, rumor sudah menjurus sebagai fitnah. Bagi orang dalam lingkaran, fakta harus ditutup rapat agar tidak terjadi ‘kebocoran’, yang jelas ‘desahannya’ bisa berdampak ‘meresahkan’. Kalangan lain, yang pernah ‘memergoki’, biasanya akan berdalih, “Tergantung orangnya siapa.”
Akan tetapi, tentunya, tidaklah sedemikian rahasia pada orang ‘tertentu’. Menurut seorang narasumber, sebagian kalangan, khususnya sebagian orang yang biasa terlibat dalam dunia penerbangan alias penumpang sekaligus petualang seks tingkat langit, ada oknum awak penerbangan yang bisa bahkan biasa melakukan ‘permainan khusus dewasa’, baik antarawak maupun awak-penumpang (pelanggan). Dan dulu, menurutnya, ‘permainan’ itu biasa dilakukan di darat, di sebuah penginapan.
Narasumber lainnya mengungkapkan, oknum awak penerbangan suka melakukan ‘permainan’ itu tanpa didasari oleh suatu transaksi material-nominal. Tidak ada istilah ‘rental’ alias prostitusi terselubung awan. Kalau suka (berkenan di selera), si oknum akan menanggapi ajakan ‘bermain’. Suka sama suka antara oknum awak dan penumpang. Sangat privat-personal. Bukanlah sebuah skandal krusial yang berpotensi ‘merusak’ tatanan penerbangan nasional dan kehidupan berbangsa-bernegara. Begitulah.
Narasumber lainnya ini sempat menglaim, pernah mendapat nomor ponsel seorang oknum awak sebuah maskapai penerbangan, dan, suatu waktu, dilanjutkan dengan tindakan nyata di sebuah penginapan. Dengan percaya diri dia pun berujar, “Sudah menjadi risiko orang rupawan semacam saya, yang mampu menawan hati.”
Jadi, mengenai rumor yang diobrolkan ‘kalangan terbatas’ dulu, memang sulit dibuktikan faktanya oleh orang-orang di luar lingkaran, kecuali obral rahasia dalam petualangan tingkat langit. Tulisan ini hanya untuk mengabadikan rumor dari dua narasumber yang pernah melakukannya.
*******
Panggung Renung, 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H