Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Wahyono

TERVERIFIKASI

Penganggur

Arsitek: Dokter Bangunan

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Entah sudah berapa kali orang awam menanyakan saya mengenai bangunan mereka, dari rumah tinggal hingga perkantoran. Bagaimana menurut ilmu arsitektur saya: apakah sudah tepat ataukah masih perlu pembenahan pada bagian-bagian tertentu, apakah ada yang kurang tepat, misalnya letak pintu, jendela, ruang ini-itu atau apa lagi, bagaimana dengan sistem penghawaan dan pencahayaan, sirkulasi manusia-barang, tata perabot, dan lain-lain.

Sebagian lagi dari mereka mengeluh soal tata ruang, tata penghawaan-pencahayaan, klimatologi, bahan-bahan yang sesuai dengan standar-standar tertentu, tata instalasi air bersih, listrik, dan lain-lain. Intinya ketidaknyamanan setelah bangunan terwujud dan ditempati.

Apa boleh buat, bangunan sudah jadi. Bangunan tidak lagi berada dalam rencana dan rancangan bangunan pada selembar kertas alias bisa dirobek dan dibuang ke tong sampah, selesai. Walaupun begitu, tetap harus ada pembenahan lagi untuk mengurangi keluhan (ketidaknyamanan).

Keluhan-keluhan yang sering saya terima itu tidakbisa segera saya berikan solusinya sebab saya harus menanyakan ini-itu, jika lokasi bangunan berjarak cukup jauh. Atau, mengamati kondisi sebenarnya (secara langsung) sembari berpikir mengenai solusinya, jika kebetulan berada di lokasi bangunan. Berpikir secara teori bukanlah satu-satunya solusi sebab tidak semua realitas pernah diajarkan ketika kuliah. Pengetahuan di luar kuliah, misalnya dari buku-buku luar, majalah, seminar, internet, dan lain-lain seharusnya juga menjadi bagian dalam pencarian solusi. Kemudian pengalaman selama bekerja.

Namun, hal lain yang menggugah ingatan saya berkaitan dengan keluhan-keluhan mereka adalah sebuah pelajaran dari dosen saya dulu, Ir. Christian Sinar Tanujaya, MSc., yang pernah mengatakan bahwa sebutan lain untuk seorang arsitek adalah “dokter bangunan” (doctor of building atau building doctor). Sebutan itu disebabkan oleh salah satu peran arsitek dalam mengamati dan memperbaiki bagian bangunan yang sudah ada karena persoalan-persoalan tertentu yang menyebabkan ‘sakit’ pada penghuninya.

Dan sebuah bangunan dapat dianalogikan sebagai sebuah tubuh (anatomi) manusia. Atap adalah kepala, sekujur dinding adalah badan, dan fondasi adalah kaki. Begitulah selanjutnya sebuah bangunan menjadi “pasien”, dan seorang arsitek menjadi “dokter bangunan”.

Ya, “dokter bangunan”–sebutan yang sama sekali tidak pernah saya dengar dari obrolan dengan rekan-rekan arsitek di Balikpapan, apalagi masyarakat umum. Dokter bukanlah dosen. Dokter bukanlah kritikus. Penanganan sudah berhadapan langsung dengan realitas, sebagaimana seorang dokter berhadapan langsung dengan pasien yang sakit.

“Dokter bangunan” menunjukkan bahwa sang arsitek harus ‘memeriksa’ sebuah bangunan, yang telah menyebabkan sakit (ketidaknyamanan) para penghuninya. Kalau hanya ‘demam’, barangkali cukup diberikan ‘obat’, umpamanya optimalisasi bidang-bidang bukaan, langit-langit, dan bahan atap. Kalau lebih dari ‘demam’, barangkali perlu ‘dibedah’ atau ‘dioperasi’, misalnya pemasangan bidang bukaan baru seperti jendela,ketinggian langit-langit ditambahkan alias dibongkar, dan lain-lain. Dan seterusnya.

Nah, ketika saya memberikan ‘solusi’ yang mujarab (bisa dilengkapi dengan resep bertulis tangan yang jelas dan ngarsitek), keputusan akhir berada di pihak ‘pasien’. Apakah pihak ‘pasien’ mau ‘obat’ saja ataukah ‘operasi’ agar bisa ‘sembuh’, jelas kembali kepada pihak ‘pasien’ yang merasakan ‘sakit’ secara langsung dan dalam tempo tidak satu-dua hari. Apakah pihak ‘pasien’ akan terus mengeluh ataukah segera melakukan ‘tindakan medis’, sekali lagi, kembali kepada pihak ‘pasien’ itu sendiri.

*******

Panggung Renung, 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline