Mari kuceritakan padamu, tentang ia yang membuatku merasa memilikinya. Memilikinya adalah anugerah sebab ia adalah telaga mata air dan hal-hal biasa dengan cerita yang tak pernah ada ujungnya.
Ia manis, pemurah dan tidak pemarah, tapi cemburuan. Ia cemburu karena ia tahu mencintai itu banyak penderitaan. M Aan Mansyur mengatakan hidup tanpa curiga adalah hidup yang terkutuk. Itulah sebabnya ia cemburu karena ia mencintaiku dan aku pun tak gampang mengucapkan selamat tinggal.
Sesaat bersamanya aku menjadi tahu dia sangat manja dan menginginkan kebersamaan yang lebih lama. Untuk menjaga kesepiannya selalu kukirimkan pesan dan kabar berharap ia bisa tenang dalam kesendirian dan aku terasa lega.
Tentang ia yang selalu jujur bercerita tentang perasaan yang selalu merambat membaringkan rindunya. Ia yang selalu berharap aku untuk memahami air matanya bahwa ketulusan adalah kesuburan dan ketabahan adalah peneduh. Maka pada subuh yang bening kupeluk erat tubuhnya dengan cinta yang memperkenankanku dengan segenap usaha menjaga tetangkainya.
Ia lebih rahasia dari langit. Lebih anggun dari hujan. Ia adalah rindu yang diajak bercengkrama dengan penuh kegembiraan lewat dialektika yang kalem. Dia lebih anggun menyeduh cinta dengan doa-doa yang tak selesai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H