Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Maran

Guru Pelosok

Maria

Diperbarui: 28 April 2023   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari kota hujan aku mencium aroma daun yang basah, udara berkabut, dan nyanyian ranting hening membekas pada batuk yang ranum di simpang- simpang jalan.

Engkau tak boleh khawatir, Maria. Hujan yang manis dan ayu membawa sejuta doa supaya tidak merasa sepi sendirian.

Biarkan ia menyusuri jalan kota bersama senja yang membekas 

Dan terpahat juga akhirnya pada balai-balai bambu tempat ibu menidurkan mimpi kecilmu dahulu.

Timanglah, padanya teka-teki nasib sedang berkaca di pelupuk mata. 

Dari kota hujan kudengar bisik gerimis di ufuk timur bahwa harum rambutmu memadu sunyi

Kelak jika purnama tak terbit, dengan setulus hati maknai doa-doa

Jangan terkejut oleh igauan sendiri

Lembutnya awet di putik-putik kembang randu melampaui hati.

Jangan khawatir, Maria. Hujan tak sedang gundah. Ia hanya berada dalam sakitnya untuk jadi kenangan di cerlang senja

Tangisnya jadi air, tumpah di hatimu

Yang tak pernah bertanya 

Tentang doa dan keramaian kata-kata di rahim puisi. 

Lewaji, 28 April 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline