Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Maran

Guru Pelosok

Hadapi Realita Hidup yang Keras dengan Penuh Syukur

Diperbarui: 12 Mei 2022   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Nilai hidup manusia bukanlah keyakinan tanpa dasar. Nilai itu harus dibangun dengan satu kekuatan. Kenyataan sekarang banyak yang memilih suka dengan dengan kemapanan, dengan keelokan diri, hidup dengan apa adanya, berdiam dalam kekuasaan. Semuanya itu tidak bertahan lama mengingat ruang kehidupan manusia lebih kuat. Maka hal yang pasti adalah jadikan kehidupan sebagai medan cita rasa untuk merumuskan jati diri dan memberi daya untuk mengembangkan kreasi diri.

Kegagalan sering terjadi ketika orang menjalani hidup dengan meniru apa yang dibuat orang lain, membuat replika sambil mengabaikan kreativitas baru, mengulang apa yang diwariskan tanpa menemukan kebaruan dan membuat kemajuan. Lebih baik melihat kekurangan dengan tulus, lebih baik menyadari keterbatasan dalam diri, membuat retropeksi diri secara ikhlas untuk menyempurnakannya, bersikap progresif atas keterbatasan dan kekurangan untuk berjuang dengan sadar sesuai situasi dan tuntutan.

Ladang kehidupan terus mengalir. Yang benar dianggap salah. Yang salah tetap salah. Karena kebenaran selalu berkaitan dengan kenyataan dan realitas. Kebenaran selalu terbuka atas interpretasi. Hidup akan maju tahap demi tahap kalau mempunyai keyakinan yang kokoh.

Kita tidak dapat mengelak dan mengutuk semua yang terjadi. Cemas, gundah gulana, galau, bahagia, gembira, menangis, tertawa, semua itu kejutan hidup. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan hari esok. Kadang kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Kita berpikir untuk bahagia namun kenyataan menghendaki lain. Kita berpikir untuk tertawa namun yang kita dapatkan adalah tangisan. 

Kita ingin menjadi pribadi yang unik namun itu dianggap alay. Syukuri itu, sebab hidup manusia adalah drama tanpa skenario. Hidup kita sudah dirancang oleh yah ilahi, pemberi kehidupan. Kita dijadikan sebagai aktor atas hidup kita bukan menjadi aktor atas hidup orang lain. Jadi, siapa yang membuat kecewa, marah, sedih, galau, maafkan mereka dan tunjukkan sikap yang baik. Bagi yang membuat bahagia, senang, damai, berterima kasihlah sebab masih ada orang baik didekat kita. 

Kita harus memandang diri kita dari lingkungan, dari kultur dan kehidupan di mana kita bertumbuh. Kita harus mampu membuat transformasi diri dengan kepekaan dan cita rasa yang tinggi sambil menyadari keterbatasan diri di tengah situasi yang tidak stabil. Maka perbanyaklah bersyukur. Bersyukur atas kebaikan orang terdekat,  keluarga, orang tua atau sahabat bahkan musuh sekalipun. Bersyukur karena dengan mereka kita dapat menimba kekuatan dan harapan hidup. 

Hati yang penuh syukur akan mendapat kebahagiaan. Hati yang penuh syukur seperti pelangi, selalu menghalau hujan yang tak bisa dihadapi. Hati yang penuh syukur akan lebih memahami hal-hal yang sederhana yang membuat bahagia. Hati yang penuh syukur akan membuka pintu kebahagiaan dan rasa nyaman dalam diri. Hati yang penuh syukur akan selalu merawat semua yang diterima dan dimiliki.

Rayakan kehidupan dengan penuh syukur. Temukan kebahagiaan dan kenyamanan diri dalam sujud syukur untuk melihat dan menata kembali hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline