Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Maran

Guru Pelosok

Remaja Anti Galau

Diperbarui: 11 Mei 2022   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Galau. Rupanya kata ini seperti menjadi tren di kalangan remaja dan anak muda. Galau adalah keadaan di mana kejiwaan seseorang yang memiliki rasa kurang percaya kepada sahabat-sahabatnya. 

Dengan kata lain, saat ia memiliki sebuah masalah (lebih cenderung kepada hal percintaan) orang tersebut cenderung tidak memercayai saran-saran dan keberadaan orang terdekatnya, cenderung lebih mencintai kesendirian, kesakitan dan ketersesatan, merasa tidak (kurang) diperhatikan atau dicintai oleh orang-orang di sekitar, mencari perhatian dan merasa patut dikasihani dengan melakukan aktivitas "update status" di situs jejaring sosial dengan kalimat-kalimat yang bermakna sakit hati dan kekecewaan.

Galau sebenarnya muncul dan diawali dengan fakta-fakta yang ada dalam hidup. Hidup terkadang memang sulit. Kita tidak bisa mengelak semua yang terjadi. Galau muncul sebagai akibat berbagai persoalan yang simpel sampai yang rumit. 

Galau bukan dirasakan kalangan remaja saja, nenek-nenek, orang tua, bahkan anak-anak juga merasakannya. Nenek-nenek pasti galau memikirkan umur, rambut yang semakin uban, gigi yang ompong, kulit semakin keriput, bahkan sedikit pikun dalam ingatan. Itulah galau versi nenek-nenek. 

Ada lagi galau versi orang tua seperti memikirkan tingkah laku anak-anaknya yang tidak berubah, memikirkan kebutuhan setiap hari, kebutuhan anak sekolah, anak yang menjalani masa-masa kuliah, dan masih banyak lagi hal ihwal hidup yang berkecamuk di pikiran orang tua. Anak-anak juga merasa galau kalau nilainya jelek, takut dihukum guru karena belum mengerjakan tugas sekolah.

Dewasa ini, banyak sekali remaja dan anak-anak muda galau karena percintaan. Galau karena ditolak dan putus, galau karena cemburu, galau karena menjomblo, galau karena berantem dengan pacar. 

Galau biasanya muncul dari hati. Hati yang penuh dengan tanda tanya. Hati yang penuh dengan pilihan dan memutuskan segalanya. Hati menjadi penentu sedih dan galau atau tidak.

Fenomena galau akibat percintaan ini sering diumbar-umbar di jejaring sosial dan membuat sesuatu yang bersifat privasi, sesuatu yang seharusnya tidak diketahui orang lain, sesuatu yang sangat rahasia menjadi terbuka dan menjadi bahan pembicaraan publik. Sosial media menjadi alat orang melebih-lebihkan kegalauan mereka. 

Galau yang tidak berarti dibesar-besarkan, dihebohkan. Justru dari dunia Maya inilah karakter kita dibaca. Ada beberapa contoh kalimat yang dikutip dari dinding Facebook beberapa teman, diantaranya, "mantan e peka sedikit, sa ni mau balikan", "hanya bisa chat orang pung pacar buat hibur diri", "ditikung sama teman sendiri ya bund", "sumpah sa rindu seseorang yang buat sa marah", "chat saja diabaikan apalagi perasaan", "tetaplah berjuang walau ayang ada berjuang dengan orang lain", "su cape-cape jaga hati baru dia basayang dengan orang lain. Tuhan e jemput dia su", "ko setia dengan dia, dia di sana ketemuan dengan orang lain", kalimat-kalimat itu dilengkapi dengan emoticon  yang memperjelas kegalauan dan gundah gulana mereka.

Penyebab galau muncul karena beberapa faktor. Pertama, masalah percintaan. Masalah percintaan menjadi faktor terbesar remaja dan anak muda galau. Cinta, cinta dan cinta. Cinta ditolak, putus dengan pacar, pacar tidak balas chat, pacar tidak mau ketemuan menyebabkan galau. Persoalan cinta membuat Dunia hancur berkeping-keping. Makan tidak enak. Tidur pun tidak nyenyak. Dunia terasa hampa. Mungkin syair lagu "kalau cinta melekat, tahi kucing rasa coklat" sangat tepat untuk ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline