Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Maran

Guru Pelosok

Ubah Hidup dengan Stop Membicarakan Orang Lain

Diperbarui: 9 Mei 2022   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ubah hidup dengan stop membicarakan orang lain. Setiap hari kita dihadapkan pada rutinitas yang tentu sedikit mencuri perhatian setiap orang yang menegaskan kepribadian masing-masing. Rupanya kebiasaan di mana satu atau dua orang berkumpul di situ ada nama lain dibawa-bawa sudah menjadi tren yang sulit ditinggalkan. Tidak salah bila mulai bicara dengan membandingkan dirinya dengan yang lain, tapi jangan menilai dan menghakimi mereka. Kodratnya manusia itu sama. Yang membedakan satu dengan yang lain hanyalah kepribadian dan gaya hidup. Tidaklah sangat adil jika memaksa orang lain untuk merendah hanya untuk membuat kita lebih tinggi. 

Yang menjadi pertanyaannya, jika kita dilahirkan dengan kodrat yang sama, mengapa masih saja ada yang membicarakan orang lain di belakangnya? Tentu saja di tengah kehidupan ini kita sudah dilanda krisis percaya diri. Krisis percaya diri ini membuat kita semakin meragu dan memberi keyakinan yang tidak kuat untuk melakukan suatu tindakan. Biasanya krisis percaya diri muncul karena rasa minder baik dari penampilan maupun kemampuan. Bisa juga karena lingkungan pergaulan yang membuat orang terabaikan. 

Biasanya orang yang kurang percaya diri selalu menilai orang lain dari penampilannya saja. Sikap ini sebagai akibat dari hanya mau mengenal orang dari penampilan saja. Atau mau dekat dengan orang yang hanya dilihat baik saja. Ingat ada pepatah yang mengatakan 'jangan menilai buku dari sampulnya saja'. Walau sampulnya berantakan bisa jadi isinya sangat bermutu. Bergaulah dengan siapa saja yang memberi kenyamanan. Karena orang yang percaya diri mau bergaul dengan siapa saja.

Selain krisis percaya diri, kebiasaan membicarakan keburukan orang lain ini sebagai solidaritas yang salah tempat. Awalnya bertujuan baik, tapi lama-kelamaan berujung gosip. Ini terjadi karena kalau mau bicara langsung dengan orang butuh keberanian. Maka gosip menjadi cara menyesuaikan diri untuk membicarakan keburukan orang. Sikap solidaritas yang salah tempat tersebut memberikan beberapa efek buruk seperti tidak dapat dipercaya dan membuat sekat dan jarak bagi diri sendiri.

Untuk mengatasi rutinitas (gosip) seperti itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, tentu dalam perkumpulan saat berkumpul ketika menghadapi orang yang membicarakan keburukan orang lain harus memberikan respon yang positif dengan mengingatkan bahwa tidak baik menjelekkan orang lain sehingga membuat sadar siapa saja yang membicarakan keburukan orang. 

Kedua, ketika menghadapi orang yang suka gosip alihkan topik pembicaraan, dengan demikian orang tersebut merasa tidak nyaman sebab apa yang dibicarakan tidak mendapat respon dari lawannya. Hal ini membuat ia menjadi tahu bahwa yang dibicarakannya itu tidak baik dan tidak menarik bagi orang lain. Cara ketiga ang dilakukan adalah dengan menghindari. Ketika menghindar membuat biang gosip sedikit mengintropeksi diri bahwa membicarakan keburukan orang itu tidak baik. 

So, stop membicarakan keburukan orang lain. Tukarkan kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik. Karena kebiasaan baik adalah kunci dari kebahagiaan dan kesuksesan. Kendalikan diri dan ubahlah kebiasaan, niscaya kesuksesan dan kebahagiaan akan menghampiri. 

Lewoleba, 9 Mei 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline