Panggilan sebagai orang Katolik
Apa arti menjadi Katolik? Menjadi katolik berarti menerima dengan iman bahwa Yesus Kristus sebagai juru selamat dan penebus umat manusia. Menerima dengan iman berarti menyerahkan seluruh hidup kepada kehendak Tuhan. Hal paling utama bagi mereka yang ingin menjadi katolik ialah mereka harus dibaptis dalam gereja katolik. Dengan menerima sakramen baptis mereka sah menjadi orang katolik. Untuk bisa dibaptis pertama-tama orang harus percaya dan mengakui bahwa Yesus Sang juru selamat manusia. Kepercayaan itu diungkapkan melalui Kredo para rasul. Sakramen baptis merupakan pintu masuk bagi orang-orang yang merasa terpanggil menjadi katolik. [1]
Sakramen baptis diibaratkan sebagai pintu gerbang sebuah rumah. Kalau ada orang yang ingin masuk ke suatu rumah yang besar, tentu orang tersebut harus masuk melalui pintu gerbang. Bila ada orang yang masuk ke rumah tidak melewati pnitu, tetapi melewati pagar atau melewati jendela, tentu hal itu bukanlah sesuatu yang wajar. Kecuali orang yang punya rumah kehilangan kunci rumahnya, atau perampok yang ingin masuk untuk merampok. Demikian halnya dalam gereja katolik, setiap orang yang ingin masuk dalam persekutuan gereja katolik wajib atau harus melalui pintu. Pintu gerbang untuk masuk kedalam gereja katolik itulah Sakramen baptis. Sakramen baptis menjadi sakramen yang pertama kali diterima oleh orang yang terpanggil menjadi katolik. Dengan menerima sakramen baptis mengantar orang untuk menerima sakramen-sakramen yang ada dalam gereja katolik. Lalu apa makna sakramen baptis? Maknanya ialah membersihkan diri dari dosa-dosa dan mengangkat orang-orang menjadi anak-anak Allah dan bergabung dalam persekutuan umat Allah, para kudus bersama dengan Tritunggal Mahakudus.
Menjadi katolik sekaligus tanggung jawab mewartakan kabar baik
Setelah menerima sakramen baptis bukan berarti sudah selesai segala-galanya urusan dan tanggung jawab kita terhadap gereja katolik. Banyak di antara umat katolik yang beranggapan bahwa sesudah menerima sakramen baptis mereka tidak perlu lagi ke gereja. Karena mereka berpikir bahwa mereka sudah menjadi katolik dan pasti akan selamat. Dengan pola pikir yang demikian, yang membuat mereka tidak lagi ke gereja. Maka dapat kita lihat bahwa sesudah menerima sakramen baptis, pasti minggu-minggu berikutnya geraja akan kosong. Karena mereka yang menerima sakramen baptis itu tidak ke gereja lagi. Itulah dalam bahasa sekarang ini sering disebut dengan katolik KTP. Perubahan sikap umat itu tentu sangat dirasakan sekali oleh para imam, dimana minggu-minggu sebelumnya umat yang dibaptis itu sangat aktif ke gereja. Dengan keaktifan mereka sebelumnya tersebut yang membuat mereka layak untuk diterima dan dibaptis dalam gereja katolik. Namun setelah mereka menerima sakraman baptis mereka tidak sama sekali lagi ke gereja. Mereka menganggap seolah-olah setelah menerima sakramen bapatis semuanya sudah selesai. Oleh sebab itu ada beberapa keuskupan yang mempersulit orang-orang yang ingin masuk agama katolik. Ada juga Keuskupan yang mempermudah siapa saja yang ingin masuk ke dalam gereja katolik. Maka banyak orang-orang mengatakan bahwa mau menjadi katolik itu kok sulit, bahkan malah dipersulit. Memang demikian adanya, karena menjadi katolik itu bukan hanya sekedar dibaptis saja lalu selesai.
Menjadi katolik merupakan panggilan iman, maka orang-orang yang ingin masuk katolik itu harus disiapkan dengan serius. Sehingga kedepannya benih-benih iman yang sudah ditanamkan itu tidak mudah goyah dan berbalik arah. Pada dasarnya menjadi orang katolik itu sangat berat. Mengapa berat? Karena setiap orang yang mau mengikuti Yesus dia harus memanggual salibnya sendiri. Selain dari itu dalam gereja katolik juga banyak sekali tuntutan-tuntutan yang harus umat ikuti didalamnya. Dalam gereja katolik sangat dibutuhkan keterlibatan dan keatifan umat. Yang sangat dituntut dan sebagai buah dari baptisan ialah mewartakan kabar baik (kabar gembira) kepada seluruh umat manusia. Setiap umat katolik memiliki tugas untuk mewaratakan kerajaan Allah. Mewartakan Jnjil merupakan misi Gereja untuk menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. [2]Setiap orang memiliki tanggung jawab sebagai saksi akan kasih Allah kepada dunia ini dan menyalurkan kebaikan melalui perkataan, perbuatan dan cara hidup kita dalam hidup bersama.[3] Sebagai seorang yang beriman katolik, kita sangat dituntut untuk bertanggung jawab menyebarkan iman kita dan menjadi saksi-saksi Kristus bagi orang lain. Dengan demikian kita akan menjadi garam dan terang bagi dunia.
Pada umumnya seluruh umat kristen (katolik) dituntut untuk bertanggungjawab atas iman kepercayaan kepada Yesus bukan hanya dengan kata-kata tetapi harus disertai dengan tindakan nyata, sebagaimana yang tertulis dalam kitab Yakobus 2:17 yang berbunyi "jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati". Dari pernyataan tersebut sangat jelas bagi kita yang mengikuti Yesus bahwa iman itu harus disertai dengan perbuatan. Perbuatan yang sangat fundamental ialah mewartakan kebar gembira (injil) ke seluruh dunia. Mewartakan injil bukan berarti melulu kita membaca dan memberikan khotbah kepada orang lain, melainkan dengan cara hidup kita, kita mewartakan injil kepada orang yang bertemu dan yang hidup dengan kita. Maka kata Santo Fransiskus dari Asisi ialah khotbah yang baik itu adalah diri sendiri. Itu mau menunjukkan bahwa perbuatan atau tingkah laku kita sehari-hari itulah pewartaan kita. Kehidupan kita itu harus pancaran dari iman yang kita hidupi, perwujudan iman itu harus mutlak perlu untuk mewartakan kabar gembira (injil) secara meyakinkan kepada semua insan di dunia ini. Terlebih kepada mereka yang tertindas, miskin, dan tersingkir. Kalu pewartaan Injil itu tidak disertai dengan kesaksian dan perbuatan serta keterlibatan yang sungguh-sungguh nyata, maka apa yang kita wartakan tenteng Injil itu akan dianggap omong kosang belaka. [4] Maka oleh karena itu kita sebagai umat katolik, hidup atau perbuatan kita itu harus mencerminkan iman kita. Dengan demikian kita akan mewartakan kabar gembira kepada orang lain.
Semangat JPIC
Apa itu JPIC? JPIC adalah suatu gerakan atau sebuah lembaga yang dibentuk oleh para religius dan sekelompok umat di sebuah Keuskupan. JPIC kepanjangannya Justice, peace, and integrity of creation ( keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan). Maka JPIC itu dapat disimpulkan adalah suatu gerakan oleh para religius dan sekelompok umat untuk mewujudkan keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan dalam kehidupan orang katolik. Tentunya JPIC ini harus menjadi bagian hidup dari orang-orang katolik dan direlisaikan dalam pelayanan dalam masyarakat sebagai bentuk dari pewartaan kabar gembira kerajaan Allah di dunia ini[5].