Lihat ke Halaman Asli

Heterodoksi, Konsili Vatikan II, dan Kutukan Rasul Paulus (bagian 2)

Diperbarui: 28 September 2015   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Heterodoksi atau kesesatan bukanlah hal yang baru. Bahkan kejatuhan manusia pertama ke dalam dosa adalah akibat dari penyesatan yang dilakukan iblis. Dan ini menarik untuk dipahami karena memberi kita pengertian mengenai karakter dasar dari penyesatan.

Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?" (Kej.3:1)

Ini upaya penyesatan iblis yang pertama, materi bujukannya masih sederhana dan iblis membujuk Hawa yang lebih emosional, bukan Adam yang lebih rasional. Sebenarnya ini bukan soal gender, tapi perbedaan karakter feminin yang emosional dan maskulin yang rasional dalam setiap orang.

Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."(Kej.3:2-3)

Pada godaan pertama Hawa berhasil mengatasinya dengan baik. Ia tahu Tuhan tidak melarang manusia memakan semua buah, hanya buah di tengah-tengah taman yang dilarang. Tapi iblis tidak berhenti membujuk, ia terus akan berupaya menyesatkan sampai berhasil...

Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat." Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (Kej.3:4-6)

Kegigihan iblis akhirnya membuahkan hasil. Iblis secara licik mengubah pola pikir Hawa dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Tuhan adalah tidak sepenuhnya benar. Akibatnya Hawa mulai meragukan Tuhan dan kehilangan pegangan kebenaran. Ia mulai tertipu oleh penampakan indah dan pencerahan palsu yang muncul dari buah tersebut. Adam juga kehilangan rasionalitasnya karena bujukan Hawa dan iapun ikut tersesat.

Itu adalah modus operandi yang selalu muncul dalam setiap upaya penyesatan iblis di sepanjang jaman.

Penyesatan iblis selalu muncul dalam bentuk gagasan baru yang berbeda dari sebelumnya, menarik hati dan sejalan dengan pikiran-pikiran manusiawi kita. Penyesatan tidak akan mau berhadapan secara frontal dengan sisi maskulin kita, yaitu rasionalitas kita yang bagai pedang siap memisahkan apa yang benar dari apa yang salah. Penyesatan memilih caranya sendiri, ia menyelinap melalui sisi feminin kita yang cenderung toleran dan tidak judgemental.

Penyesatan juga selalu didahului dengan upaya untuk menyingkirkan dan mengaburkan ajaran Tuhan dengan berbagai cara. Ketika ajaran Tuhan (tolok ukuran kebenaran absolut) berhasil disingkirkan maka penyesatan yang penuh daya pikat dengan mudah segera menggantikan kebenaran ini.

Dalam bukunya yang berjudul 'The Great Heresies', Hilaire Belloc, seorang sejarawan Katolik, menuliskan ada lima bidaah besar dalam sejarah Gereja Katolik. Kelimanya adalah arianisme, Islam, albigensianisme, protestanisme, dan modernisme. Seluruh bidaah tersebu menggunakan modus operandi dasar yang sama: menawarkan gagasan baru dengan menggugat atau memfalsifikasi kebenaran yang lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline