Di tulisan sebelumnya saya sudah meminta anda untuk muai mencoba mempraktekkan Meditasi Yesus. Ini penting, karena hanya dengan cara itu anda memahami kekayaan rohani serta karunia-karunia yang tersedia di dalamnya. Sambil anda mulai mempraktekkan Meditasi Yesus, saya akan membagikan sebagian dari kekayaan rohani yang terkandung dalam doa batin sederhana ini.
Sepintas lalu Meditasi Yesus hanyalah sekedar modifikasi kecil dari Doa Yesus yang kemudian diberi nama baru. Kamipun pada awalnya juga berpikiran seperti itu.
Namun kemudian kami baru menyadari belakangan bahwa modifikasi kecil ini ternyata berdampak besar dan memberikan perubahan yang sangat signifikan di dalam spiritualitasnya. Untuk memahami itu kita perlu mengetahui makna yang terkandung di dalam dua rumusan doa pada Meditasi Yesus. Kedua rumusan doa tersebut memiliki landasan biblis yang sangat kuat.
Doa yang pertama, "Tuhan Yesus Kristus Putra Allah, kasihanilah aku orang berdosa" diambil dari doa orang buta, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku" (Luk. 18:38) dan doa pemungut cukai dalam perumpamaan yang diceritakan oleh Yesus, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini..." (Luk. 18:13).
Mengenai doa pemungut cukai Yesus mengatakan, "Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Sementara itu ketika mendengar orang buta yang menyerukan nama-Nya dan memohon belas kasihan, Yesus mendatangi orang buta tersebut dan menawarkan apa yang diinginkannya. Orang buta tersebut ingin dapat melihat maka Yesus membuat orang buta tersebut dapat melihat kembali.
Melalui rumusan doa yang pertama kita datang menghadap Tuhan dengan merendahkan diri sebagai orang berdosa. Doa seperti ini sangat berkenan bagi Tuhan sehingga Ia siap menganugerahkan apapun yang kita butuhkan seperti yang pernah ditanyakan-Nya kepada orang buta di dalam kisah Injil. Menanggapi doa kita, Yesuspun akan berkata demikian kepada kita, "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?"
Lalu apa yang paling kita inginkan? Jawabannya terletak pada rumusan doa yang kedua. Dalam rumusan doa yang kedua kita mengucapkan, "Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau", kita yang berdosa dan tidak sempurna ini membutuhkan kemampuan untuk dapat mengasihi Kristus, Tuhan dan penyelamat kita. Kita hanyalah manusia yang ‘buta’, yang tidak tahu bagaimana dapat mengasihi Tuhan.
Maka seperti yang pernah dilakukan-Nya pada orang buta, Yesus juga membebaskan kita dari kebutaan akan tiga hal ini: jalan, kebenaran, dan hidup. Yesus akan menganugerahkan kita hikmat pengertian yang akan memampukan kita untuk dapat memahami Diri-Nya dengan lebih baik agar kita dapat mengasihi-Nya dengan sempurna. Itulah anugerah luar biasa yang tersedia bagi siapapun yang mempraktekkan Meditasi Yesus ini dengan setia dan sungguh-sungguh. Hikmat pengertian adalah anugerah yang sama seperti yang dipilih oleh Salomo ketika Tuhan menawarkan segalanya.
Rumusan doa yang kedua, "Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau..."sebenarnya diambil dari jawaban Petrus ketika Tuhan bertanya, "Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" (Yoh. 21:15-17). Yesus menanyakan ini sampai tiga kali. Ini menunjukkan betapa Yesus sangat merindukan jawaban Petrus atas kasih-Nya yang telah diungkapkan melalui kematian di kayu salib. Tuhan sangat merindukan kasih manusia yang telah ditebus-Nya di kayu salib.
Setelah Petrus menjawab, "Ya Tuhan...aku mengasihi Engkau", selanjutnya Tuhan Yesus memberikan tugas yang harus dijalankan oleh Petrus sebagai ungkapan atau pembuktian kasihnya kepada Yesus, "Gembalakanlah domba-domba-Ku..."
Demikian juga ketika kita mengucapkan rumusan yang kedua dari Meditasi Yesus, "Tuhan Yesus Kristus, aku mengasihi Engkau", maka kepada kita juga dituntut untuk dapat membuktikan kasih kita kepada Tuhan Yesus dalam kehidupan kita sehari-hari.