[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="sumber, http://www.mentalrevo.org"][/caption] Pengantar: Pada artikel ini saya ingin membagikan isi buku "Revolusi Mental" edisi premium yang akan diterbitkan minggu in dengan memposting ringkasan-ringkasan dari tiap bab. Pada akhir bagian, saya akan membagikan ebook versi premium ini ke kompasioner yang ikut berkomentar. Silahkan mengikuti. BTW, untuk versi SHARE2ALL (gratis) bisa didownload DISINI ----------- #RM01 - PENDAHULUAN [caption id="" align="alignleft" width="630" caption="Sumber: buku "]
[/caption] Ada sebuah cerita tragis di balik bencana tsunami yang terjadi di Aceh pada akhir tahun 2004. Salah seorang yang selamat dari bencana bercerita bagaimana orang-orang di kampungnya yang terletak di pinggir pantai terheran-heran melihat air laut di pantai mendadak surut jauh ke tengah laut. Sebagian orang berlarian menyerbu ke arah pantai untuk mengambil ikan-ikan yang tergeletak di bagian laut yang sudah surut. Hampir semua orang tampak bergembira, sebagian lagi hanya diam mengamati apa yang sedang terjadi. Tapi dia merasakan sesuatu yang aneh dan secara intuitif dia memilih segera pergi menjauhi pantai secepatnya. Keputusan itulah yang akhirnya menyelamatkan dia, sementara sebagian besar orang di kampungnya menjadi korban dari bencana alam dahsyat tersebut. Apa yang terjadi di Aceh beberapa tahun yang lalu sekarang sedang terjadi dalam skala yang lebih besar. Sudah ada banyak pertanda akan datangnya bahaya yang mengancam peradaban manusia, tapi banyak orang yang tidak menyadarinya atau tidak peduli. Ada banyak berita tentang perang dan ancaman-ancaman perang, ada krisis lingkungan, krisis energi, krisis pangan, bahkan juga krisis ekonomi yang sedang terjadi silih berganti di berbagai belahan dunia dalam intensitas yang semakin meningkat. Krisis-krisis ini bukanlah krisis yang terpisah dan berdiri sendiri, tapi saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu krisis besar peradaban dengan satu akar permasalahan: manusia. Ini adalah tanda-tanda jaman yang seharusnya menyadarkan manusia untuk segera melakukan perubahan yang mendasar. Memang semua masih bisa diperdebatkan apakah krisis ini berakar dari kesalahan manusia atau bukan, apakah krisis ini akan berakhir menjadi bencana atau tidak. Perdebatan itu bisa panjang dan bertele-tele tanpa hasil yang positif. Tapi sayangnya kita tidak punya waktu banyak untuk itu dan perubahan sudah harus segera dilakukan. Kita memang tidak pernah tahu apakah akan terjadi bencana peradaban atau tidak. Terlalu riskan kalau hanya menunggu bukti-bukti yang kuat untuk melakukan perubahan, kita sesungguhnya juga punya intuisi yang bisa menjadi dasar untuk mengambil tindakan. Apa yang terjadi jika orang Aceh dalam kisah di atas tidak menggunakan intuisinya dan hanya menunggu bukti yang pasti? Sesungguhnya tidak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, kemungkinannya sangat banyak. Tapi seperti prinsip Pascal’s wager: lebih baik bersikap bijaksana menganggap semua krisis ini sebagai tanda-tanda jaman dan melakukan perubahan yang diperlukan untuk mengatasinya (meskipun mungkin bencana tidak terjadi) dari pada melanjutkan kehidupan seperti biasa dan menerima resiko terjadinya bencana peradaban. Buku sederhana ini bermaksud mengajak anda memahami berbagai krisis yang ada sebagai sebuah krisis peradaban yang menyadarkan kita akan perlunya perubahan yang mendasar. Berbagai keterbatasan yang ada di planet bumi sudah tidak memungkinkan manusia meneruskan kehidupan dengan cara-cara yang sama seperti sebelumnya. Manusia harus segera melakukan perubahan radikal untuk mengatasi masalah. Manusia harus merombak peradaban yang telah membuat manusia meninggalkan Tuhan dan mengarah pada kultur kematian. Selanjutnya manusia harus mulai membangun peradaban baru yang sustainable, manusiawi, dan berpusat pada Tuhan. Semua orang, tidak peduli apapun bangsa dan agamanya adalah penghuni satu planet bumi yang sama. Oleh karenanya semua krisis yang terjadi di dunia seharusnya menjadi kepedulian semua orang tanpa kecuali. Demikian juga setiap orang punya keinginan yang sama untuk membangun masa depan peradaban yang lebih baik. Jadi apa yang menjadi dasar kepedulian dan tujuan dari Revolusi Mental bersifat universal, berlaku bagi semua orang. Pada dasarnya Revolusi Mental ingin mengingatkan kita semua bahwa kehidupan duniawi yang menjadi obsesi jaman modern telah membuat manusia semakin terasing dari nilai kemanusiaannya yang sejati. Oleh karenanya manusia perlu kembali menemukan nilai-nilai spiritualitas yang telah terpinggirkan oleh semangat duniawi. Dengan demikian gagasan perubahan yang ditawarkan dalam Revolusi Mental juga ditujukan bagi semua orang, tidak bergantung pada afiliasi politik, ideologi, tingkat pendidikan, ataupun agamanya. Revolusi Mental adalah panggilan perubahan yang bersifat universal dan selalu disuarakan di setiap jaman sejak awal sejarah manusia: panggilan untuk kembali menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan. Tapi panggilan itu menjadi makin relevan dan sangat penting di jaman ini ketika batas-batas pertumbuhan di planet bumi memaksa manusia memilih salah satu dari dua pilihan: kembali pada Tuhan dan membangun peradaban baru, atau hancur oleh kultur kematian yang dihasilkan jaman ini. - end of #RM01 -- Ditunggu komentarnya... thanks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H