Percobaan Pertama
Percobaan pertama Josefa dan Teguh di lapangan diadakan di sebuah kebun percobaan di pinggiran Bogor, tempat mereka mengaplikasikan kombinasi antara teknologi pertanian modern dan kearifan lokal dari Kampung Tabonji. Mereka memilih tanaman ubi-ubi, salah satu komoditas utama di kampung halaman Josefa, sebagai fokus utama percobaan ini.
Dengan hati-hati, mereka menyiapkan lahan dan menerapkan teknik-teknik baru yang mereka pelajari di IPB. Josefa mengingat kembali pengalaman dan pengamatan langsungnya di Kampung Tabonji, mencari titik-titik di mana teknologi modern dapat memberikan perubahan signifikan dalam praktik pertanian tradisional.
Teguh, dengan metodologi yang teliti dan berdasarkan teori yang dipelajarinya, memimpin pelaksanaan percobaan. "Josefa, pastikan pupuk organik ini tersebar merata di seluruh area tanam," ujarnya sambil mengarahkan Josefa. "Kita harus memastikan setiap tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup."
Josefa mengangguk, mengamati pupuk yang mereka buat sendiri di laboratorium. "Aku ingat betul cara petani di kampung menaburkan pupuk secara tradisional. Tapi kali ini, kita menggunakan formula yang lebih efektif. Aku yakin hasilnya akan berbeda."
Proses ini tidaklah mudah; mereka menghadapi tantangan dan hambatan yang muncul di lapangan seperti cuaca yang tidak menentu dan tingkat kelembaban udara yang tinggi. "Teguh, hujan deras tadi malam membuat lahan ini terlalu basah. Bagaimana kita bisa mengatasinya?" tanya Josefa dengan cemas.
Teguh mengerutkan kening, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Kita bisa meningkatkan drainase dengan membuat alur kecil di sekitar tanaman untuk mengalirkan kelebihan air. Ini mungkin cara yang paling praktis saat ini."
Dengan ketekunan dan kerja sama yang erat, Josefa dan Teguh berhasil menyelesaikan percobaan pertama mereka. "Lihat, Teguh! Tanaman ubi-ubi kita mulai menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang baik," kata Josefa dengan penuh semangat sambil menunjuk daun-daun hijau yang mulai subur.
Teguh tersenyum puas. "Ya, ini pertanda baik. Ubinya juga terlihat lebih besar dari biasanya. Pendekatan kita tampaknya berhasil."
Kesuksesan percobaan pertama ini memberikan semangat baru bagi Josefa dan Teguh. Mereka menyadari bahwa integrasi antara ilmu pengetahuan modern dan kearifan lokal bukan hanya sekadar impian, tetapi dapat diwujudkan melalui langkah-langkah konkret dan kerja keras di lapangan.