Lihat ke Halaman Asli

Menunda Pekerjaan di Detik-Detik Terakhir: Dampak Negatif dan Solusinya

Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh tekanan, kebiasaan menunda pekerjaan hingga detik-detik terakhir alias in jury time, telah menjadi fenomena yang umum. Istilah ini merujuk pada kebiasaan memulai atau menyelesaikan tugas saat batas waktu sudah sangat dekat. Meskipun pada awalnya terlihat seperti cara yang bisa diterima untuk bekerja di bawah tekanan, kenyataannya, kebiasaan ini sering berdampak negatif terhadap hasil akhir dan kesejahteraan individu.

Kebiasaan in jury time kerap muncul dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari dunia pendidikan hingga lingkungan profesional. Di sekolah, siswa menunda menyelesaikan tugas hingga malam sebelum tenggat waktu, sementara di dunia kerja, karyawan menunda proyek penting hingga saat-saat terakhir. Dampaknya bisa dirasakan dalam bentuk peningkatan level stres, penurunan kualitas hasil kerja, dan terbatasnya waktu untuk melakukan evaluasi dan revisi.

Artikel ini berusaha mengungkapkan efek negatif dari kebiasaan in jury time dan menawarkan solusi praktis untuk mengatasi masalah ini. Dengan mengidentifikasi penyebab dan konsekuensi menunda pekerjaan, kita dapat menemukan strategi yang efektif untuk meningkatkan manajemen waktu dan produktivitas. Melalui pendekatan ini, diharapkan individu dan organisasi dapat menciptakan lingkungan yang lebih efisien dan mendukung kesuksesan jangka panjang.

Faktor Penyebab Menunda Pekerjaan

Budaya dan kebiasaan kerja: Salah satu penyebab utama menunda pekerjaan adalah budaya dan kebiasaan kerja yang berkembang di lingkungan profesional. Organisasi yang tidak mendukung persiapan awal cenderung menciptakan atmosfer sehingga penundaan menjadi hal yang biasa. Menurut penelitian Blount dan Janicik (2001), dalam artikel Getting and Staying in-Tune: How and Why The Timing of Evaluation Impacts Learning, budaya kerja yang tidak mendorong perencanaan dan evaluasi awal dapat menyebabkan penundaan karena individu tidak merasa ada urgensi untuk memulai tugas lebih awal. Dalam beberapa organisasi, terdapat pola yang mendorong penyelesaian tugas dengan cepat menjelang tenggat waktu, alih-alih menghargai proses persiapan yang matang. Hal ini dapat membuat karyawan merasa bahwa mereka harus bekerja lebih efisien saat mendekati batas waktu, sehingga mengurangi fokus pada kualitas dan inovasi.

Kurangnya manajemen waktu: Hal ini menjadi faktor penting yang menyebabkan penundaan pekerjaan. Banyak individu tidak memiliki keterampilan dan pemahaman yang memadai tentang cara mengatur waktu mereka dengan baik. Menurut Macan (1994), dalam artikel Time Management: Test of a Process Model, individu yang tidak memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik cenderung mengalami stres dan penundaan pekerjaan, karena mereka tidak mampu mengalokasikan waktu dengan efektif untuk berbagai tugas. Tanpa adanya strategi yang tepat, seperti pembuatan daftar prioritas atau pembagian waktu yang jelas, individu dapat merasa kewalahan dengan beban kerja yang ada, sehingga memilih untuk menunda tugas hingga batas waktu mendekat. Ini dapat menciptakan lingkaran setan sehingga penundaan terus terjadi karena kurangnya perencanaan yang efektif.

Faktor Psikologis: Penundaan atau prokrastinasi dapat dipandang sebagai bentuk kebiasaan atau mekanisme koping terhadap rasa cemas dan ketidaknyamanan. Menurut Piers Steel (2011), dalam buku The Procrastination Equation: How to Stop Putting Things Off and Start Getting Stuff Done, prokrastinasi sering disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengatasi perasaan cemas atau takut gagal. Orang yang menunda pekerjaan mungkin merasa cemas tentang hasil akhir dan lebih memilih untuk menghindari tugas daripada menghadapi ketidakpastian. Selain itu, prokrastinasi dapat menjadi mekanisme untuk mengatasi tekanan dengan memberikan perasaan kontrol sementara. Dengan menunda, individu mungkin merasa bahwa mereka menghindari stres yang berhubungan dengan tugas tersebut, meskipun kenyataannya, stres tersebut hanya ditunda hingga waktu yang lebih dekat dengan tenggat waktu.

Dampak Negatif Menunda Pekerjaan

Penurunan kualitas pekerjaan: Menunda pekerjaan hingga saat-saat terakhir sering berujung pada penurunan kualitas hasil kerja. Ketika waktu yang tersedia sangat terbatas, individu cenderung terburu-buru dalam menyelesaikan tugas, sehingga detail penting sering terabaikan. Hal ini sejalan dengan temuan yang disampaikan oleh Piars Steel (2011), yang menyatakan bahwa penundaan pekerjaan dapat menyebabkan penurunan kualitas hasil karena kurangnya waktu untuk melakukan revisi dan memperbaiki kesalahan. Misalnya, dalam konteks bisnis, laporan atau presentasi yang disiapkan di menit-menit terakhir mungkin mengandung kesalahan data atau kurang dalam analisis yang mendalam. Begitu pula dalam dunia pendidikan, mahasiswa yang menulis skripsi menjelang tenggat waktu cenderung menghasilkan tulisan yang kurang terstruktur dan memiliki banyak kesalahan tata bahasa.

Peningkatan stres dan tekanan: Bekerja di bawah tekanan waktu yang ketat dapat meningkatkan stres dan tekanan emosional. Sebuah studi oleh Tice dan Baumeister (1997), dalam artikel Procrastination: A Means of Avoiding Affect, but Not without Costs, menunjukkan bahwa individu yang sering menunda pekerjaan cenderung mengalami tingkat stres yang lebih tinggi, terutama ketika tenggat waktu semakin dekat. Stres yang ditimbulkan oleh kebiasaan menunda dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, termasuk masalah tidur, kecemasan, dan depresi. Ketika seseorang harus menyelesaikan banyak tugas dalam waktu singkat, tubuh memproduksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kelelahan. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat memengaruhi produktivitas dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Hilangnya kesempatan untuk inovasi dan kreativitas: Menunda pekerjaan hingga batas waktu dapat menghambat proses berpikir kreatif dan inovatif. Kreativitas membutuhkan waktu untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan solusi yang unik. Menurut Teresa Amabile (1996), dalam buku Creativity in Context: Update to The Social Psychology of Creativity, lingkungan yang memberikan tekanan waktu yang ketat dapat menghambat kreativitas karena individu tidak memiliki cukup waktu untuk bereksperimen dan berpikir di luar kebiasaan. Ketika pekerja hanya berfokus pada penyelesaian tugas secara cepat, mereka cenderung memilih pendekatan yang paling cepat dan paling mudah, daripada mencari solusi yang lebih inovatif dan efektif. Akibatnya, peluang untuk mengembangkan ide-ide baru dan meningkatkan proses kerja hilang, yang dapat berdampak pada stagnasi organisasi dan individu dalam jangka panjang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline