Belajar dari berbagai peristiwa di masyarakat akhir-akhir ini yang menyuguhkan begitu banyak kekerasan antar pribadi, penganiayaan yang berujung pada hilangnya nyawa seseorang, membuat miris kita semua. Berbagai pertanyaan muncul diantara kita, mengapa kejadian-kejadian beruntun terjadi. Mengapa begitu mudah orang saling melukai dan menghabisi nyawa orang lain? Dimanakah rasa empati mereka terhadap orang lain?
Dilingkungan lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman bagi berkembangnya anak-anak, mengapa terjadi pelecehan seksual terhadap anak-anak, dan parahnya dilakukan oleh oknum yang dipandang memiliki kapasitas sebagai pendidik. Peristiwa perundungan terjadi di mana-mana dan telah merenggut banyak korban.
Inilah tantangan nyata pendidikan generasi muda di era keterbukaan informasi saat ini. Nilai-nilai baik yang diajarkan dan dilatihkan kepada anak-anak muda bertabrakan dengan kenyataan yang melemahkan nilai-nilai tersebut. Apa yang dapat kita lakukan kalau demikian?
Segala upaya dari pemerintah untuk memperkuat pendidikan karakter telah di mulai sejak kurikulum 2013 digulirkan dengan adanya penguatan pendidikan karakter di sekolah, dan sekarang dengan era kurikulum merdeka, upaya serius penguatan pendidikan karakter juga dilakukan lewat Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Semua usaha ini dilakukan dengan harapan dapat memperbaiki karakter kaum muda Indonesia.
Keberhasilan Pendidikan karakter sangat ditentukan oleh para orang dewasa di sekitar anak-anak. Kalau demikian pendidik dan tenaga kependidikan di Sekolah wajib untuk memberikan model bagaimana karakter yang akan dibentuk di sekolah. SD Pangudi Luhur, sebagai salah satu lembaga pendidikan dasar di Yogyakarta menyadari pentingnya para pendidik dan tenaga kependidikan untuk membentuk karakter anak-anak. Salah satu hal yang harus dikembangkan oleh para pendidik adalah adanya pola pikir bertumbuh dalam menangani masalah bullying di sekolah.
Bersama dengan Ibu Maria Budiharja, seorang konselor dan advisor dalam pengembangan sumber daya manusia, kami mengadakan workshop mengenai pengembangan pola pikir bertumbuh dalam mencegah dan menangani kejadian bullying dilingkungan sekolah. Di tegaskan bahwa setiap pendidik dan tenaga kependidikan harus memiliki pola berpikir tumbuh dan mengembangkan komunikasi yang positif dalam mendampingi anak-anak, terutama anak-anak yang mengalami kasus bullying. Menciptakan kultur sekolah yang positif dalam mendukung relasi antar anak-anak merupakan hal yang penting untuk dilakukan agar anak-anak belajar untuk menerima keberagaman yang ada dalam komunitas tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H