Sekolah berfungsi sebagai tempat untuk menyemai benih-benih kebudayaan. Sekolah dapat menjadi tempat untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai kepada generasi muda.
Dokpri
Kompas 13 Mei 2017, mengangkat tema Sekolah sebagai penyemai nilai-nilai Pancasila. Namun demikian saat ini fungsi sekolah tersebut sedang menghadapi tantangan yang besar, dimana paham-paham yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila berkembang. Maka gerakan bersama diperlukan untuk mengembalikan fungsi sekolah sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai toleransi dan kerjasama.
Salah satu upaya menanamkan nilai-nilai cinta budaya Jawa ini adalah melalui ekstrakurikuler karawitan. Berlatih karawitan menjadi sarana bagi anak-anak untuk mengenali nilai-nilai budaya Jawa.
Verawaty Abdina (2006) dalam thesesnya yang berjudul MAKNA DAN NILAI BUDAYA JAWA YANG TERSIMBOL DALAM KESELARASAN MUSIK GAMELAN, peneliti menemukan bahwa keselarasan musik gamelan yang dimainkan oleh beberapa orang yang tergabung dalam paguyuban penggemar seni karawitan, tersirat makna kerukunan masyarakat yang senantiasa saling menghormati, saling menghargai dan saling bekerjasama untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan serasi.
Nilai-nilai inilah yang hendak dibangun melalui kegiatan ekstrakurikuler di SD Pangudi Luhur. Sebagai pewaris budaya Jawa, kami ingin agar anak-anak dapat mengenal dan sekaligus menghidupi nilai-nilai seperti telah dijelaskan.
Melalui kegiatan ini diharapkan anak-anak belajar untuk saling mengerti satu dengan yang lain, saling "tepo seliro" atau tenggang rasa, dan saling menciptakan harmoni dalam kebersamaan dengan orang lain.
Selain itu kegiatan seni yang lain adalah seni tari. Dengan harapan yang sama agar anak-anak semakin mencintai budaya sendiri, kegiatan seni tari bagi anak-anak di adakan.
Dari sinilah diharapkan tumbuh pribadi-pribadi yang mencintai seni dan semakin kuat mengakar nilai-nilai seni budaya Jawa khususnya, dalam diri generasi muda kita.