Lihat ke Halaman Asli

Agustinus Sukamdi

Literasi sebagai wujud nyata pengembangan pendidikan.

Berbagi dalam Diskusi Santuy-Coaching, SMP Xaverius 1 Palembang

Diperbarui: 31 Mei 2022   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: p4tktkplb.kemdikbud.go.id

Komunitas praktisi X-One terbentuk setelah beberapa guru lulus sebagai calon guru penggerak angkatan ke-4. Komunitas Praktisi adalah “Sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara rutin” (Wenger, 2012). Para guru sebagai komunitas kecil dan lebih kecil lagi yaitu empat guru sebagai calon guru penggerak berbagi kepada para guru apa yang sudah dilakukan sebagai calon guru penggerak. Pada hari Selasa ini, 31 Mei 2022 diadakan proses berbagi di ruang rapat SMP Xaverius 1 Palembang, dari guru kepada guru. 

Teguh, Lusia, Undi, Henny, Guru di SMP Xaverius 1 Palembang. Dokpri.

Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan ke-4 di SMP Xaverius 1 Palembang yaitu Teguh Hadi Chriswanto, , S.Kom, Theresia Undi Susiani, S.Pd., Valentina Henny Wulandari, ,S.Pd., dan Lusia Hendarti, S.Si. Dalam Diskusi kali ini sebagai pemandu yaitu salah satu Calon Guru Penggerak, Bapak Teguh Hadi Chriswanto, S.Kom. 

Mrs. Henny Wulandari menyampaikan materi tentang coaching. Makna coaching menurut Pramudianto 2020 (:https://www.imrantululi.net/berita/detail/23a4-eksplorasi-konsep--coaching

1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang lebih tinggi dari coachee.

2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru.

3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

Menurut Kemendikbud dalam konteks sekolah, yang disampaikan Ki Hajar Dewantara, ada empat mindset dalam Tut Wuri Handayani, yaitu murid sebagai mitra belajar, emansipatif, kasih dan persaudaraan, ruang perjumpaan pribadi (https://www.scribd.com/document/544487679/Coaching-Dalam-Konteks-Sekolah).

Ibu Lusia Hendarti menyampaikan materi tentang komunikasi yang memberdayakan diawali dengan bernyanyi bersama, yaitu Mars Guru Penggerak. Tujuannya guru mampu mempertunjukkan sebagai guru yang memberdayakan dan membuat pertanyaan-pertanyaan kritis, yang dapat menggali solusi dari murid. 

Secara detail tentang calon guru penggerak dan apa saja tentu sudah banyak ditulis oleh kompasianer atau media lainnya. Dalam tulisan ini hanya berbagi saja tentang kegiatan CGP di lingkup SMP Xaverius 1 Palembang, bahwa CGP melaksanakan tugasnya yaitu berbagi kepada rekan guru dan calon guru penggerak lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline