Lihat ke Halaman Asli

Dokter yang Aneh

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber : www.mer.org

[caption id="" align="aligncenter" width="261" caption="sumber : www.mer.org"][/caption] Pagi itu, saya ke RS di jl veteran bintaro, karena kaki kiri ibu saya tersandung rak piring, kemudian ibu saya tergeletak di dapur, kontan saja, kami sekeluarga panik di buatnya, di boponglah ibu saya ke tempat tidur, lukanya kemudian di obati, dengan di beri obat luka, tapi  ibu saya tiba tiba pingsan, mungkin karena syok. Ketika ibu saya pingsan, kami bertambah panik, kemudian kami langsung memanggil taksi dan membawanya ke rumah sakit terdekat , setelah di bawa ke UGD, kakinya kemudian di jahit, dan tekanan darahnya di periksa, dan memang agak tinggi, mungkin ini juga yang membuat ibu saya pingsan, karena mempunyai riwayat darah tinggi, dokter kemudian menyuruh 3 hari kemudian untuk check up dan ibu saya boleh pulang. Setelah 3 hari, kami kembali ke RS tersebut, dan alangkah terkejutnya saya, tanpa bertanya lebih detail mengenai penyebab ibu saya di rawat ( karena dokternya ganti lagi, bukan dokter yang pertama merawat ibu saya) dan memeriksa nya lebih teliti, dokter langsung memvonis ibu saya harus segera dioperasi, karena ada pengapuran di punggung kaki segaris dengan jempol kaki.(padahal yang luka itu jari manis kaki) dan lucunya entah asistennya atau dokter lainnya, langsung memvonis jika tidak operasi maka luka di jari manis kaki tidak akan kering ? padahal dari informasi yang saya terima dari dokter pertama yang merawat itu saya, menyatakan tidak ada patah pada jari kaki ataupun retak yang di jelaskan dokter ke dua, itu adalah pengapuran, bukan retak atau patah, dan dokter ke tiga, menjelaskan jika tidak operasi maka luka tidak akan kering ( nggak nyambung). Kemudian, setelah dokter memvonis ibu saya harus operasi, saya berkonsulatasi dengan ayah saya, akhirnya setuju untuk operasi karena saya masih panik dan kurang berfikir jernih, tapi tiba tiba dokternya membatalkan operasinya, dengan alasan tidak ada jadwal kosong untuk operasi hari itu (penuh)  , kemudian kami di berikan surat rekomendasi untuk operasi di RS lain. Beberapa hari kemudian, kami ke RSUD, di pesanggrahan, setelah di cek ulang oleh dokter rumah sakit, dinyatakan bahwa tidak ada tulang patah ataupun retak, ibu saya di beri obat, tapi jahitan tidak di lepas, dan si suruh kembali lagi ke RS, tapi karena kami tidak membawa surat rekomendasi dari puskesmas, akhirnya 3 hari kemudian, kami ke puskesmas untuk meminta surat rekomendasi. Setiba di puskesmas, kami lupa membawa hasil rontgen, dan dokter di puskesmas pun tidak berani membuka perban, apalagi membuka jahitan di kaki, kami malah di beri surat rekomendasi untuk ke dokter orthopedi di RS Pasar Rebo (bingung lagi karena cukup jauh dari rumah) dan pernyataan nya berbeda dengan dokter pertama dan dokter RSUD. Setelah menerima surat rekomendasi dari puskesmas, kami tidak langsung ke RS, tapi pulang karena tidak membawa hasil rontgen, kami inisiatif untuk mengambil hasil rontgen terlebih dahulu, tapi tidak ke RS pasar rebo karena ibu saya menolak di bawa ke Rs tersebut, karena alasannya cukup jauh, dan sudah pernah ke RS tersebut, tapi malah di buat pusing, (system yang berbelit belit). Akhirnya ibu saya di bawa ke dokter dekat rumah, yang memang sudah di kenal cukup lama, dan keluarga kami memang sebagian berlangganan dengan dokter tersebut, dari dr. wiwit inilah akhirnya saya di beri penjelasan lengkap, bahwa jari kaki ibu saya tidak ada masalah, dari hasil rontgen juga menunjukan tidak ada patah atau retak pada kaki, hanya pengapuran biasa (karena sudah tua ) jika tidak mengganggu, maka bisa di abaikan karena terjadi di punggung kaki, segaris dengan jempol kaki, perban di buka, dan jahitan pun di lepas, dan ibu saya saat ini sudah mulai bisa berjalan dengan normal tanpa operasi, terima kasih dokter wiwit, semoga semakin banyak dokter dokter seperti anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline