Sintrong merupakan tanaman berbatang lunak yang dulu di percaya sebagai tanaman kesukaan hewan kelinci. Selain itu tanaman yang biasanya ditemukan sebagai gulma, tumbuh liar di kebun kebun ini bisa juga di konsumsi oleh kita, dulu biasanya pucuk daun sintrong di rebus dijadikan lalaban tambahan yang di petik dari kebun untuk coel sambal teman makan nasi.
Semakin ke sini daun sintrong ternyata pamor nya semakin baik banyak yang kemudian mengolahnya menjadi beragam masakan lezat. Seperti keripik daun sintrong dan tumis daun sintrong.
Rasanya tidak pahit, hanya baunya saja yang khas. Karena dulu identik dengan pakan kelinci, bau daun sintrong bisa mengingatkan para penikmatnya ke hewan yang satu ini. Apalagi yang pernah memelihara hewan lucu berbulu halus kelinci.
Sintrong tumbuh liar tapi tidak sebanyak tumbuhan liar lainnya semisal babadotan. Nampaknya mulai banyak juga yang sengaja menanamnya tanaman liar yang satu ini.
Membudidayakan nya dengan cara pertanian seperti pada umumnya, tanah yang diolah terlebih dakhulu, dan di tanam dengan jarak tertentu, sehingga menghasilkan tanaman sintrong yang tumbuh subur, dengan daun daun yang lebar.
Seiring perkembangan zaman dan banyaknya makanan olahan yang kita konsumsi bau daun sintrong jadi tercium enak tidak seperti dulu. Jadi baunya seperti sayuran yang bisa di konsumsi pada umumnya.
Bunga sintrong berwarna merah dibagian atasnya sementara bagian bawahnya berupa bulu bulu halus berwarna putih yang nantinya akan mekar dan mengapung di udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H