Lihat ke Halaman Asli

wulanindri

agustin

Memelihara Unggas Entog, Sajian Hajatan Zaman Dulu

Diperbarui: 8 Februari 2022   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entog/dokpri

Entog lokal umumnya memiliki bentuk yang hampir serupa paruh nya Panjang dan sedikit lebar berwarna hitam atau merah, bulunya berwarna putih dengan campuran sedikit hitam dan hijau. Tubuhnya melebar dan lehernya pendek, dengan sedikit cela hitam atau merah di bagian mata dan kaki perenang yang berwarna hitam. Dengan ciri khas jalan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, suara entog hampir sama dengan suara bebek. Jika makan atau minum menimbulkan bunyi.

Entog hampir sama seperti burung angsa bisa terbang rendah dengan jarak tempuh yang pendek.
Untuk memelihara entog bisa dari sepasang atau dari anakan nya. Anak entog lokal berwarna putih abu campur hitam dengan bulu bulu halus. Umumnya entog menyukai tempat yang becek dan suka berjalan kesana kemari dengan beriringan apalagi kalau melihat induk dan anak anaknya dengan gerakan yang umumnya lebih lambat dari ayam.

Kandang entog umumnya hampir sama dengan kandang ayam dari bambu atau dari kayu. Jika di buat dua tingkat maka ayam biasanya berada di atas dan entog berada di bawah dengan lantai tanah. Jika ayam umumnya lebih lincah dan kadang ada yang harus di tangkap dulu untuk di masukan ke kandang sore sore tuh, entog biasanya lebih ramah dan masuk ke kandang dengan sendirinya.

Pakan entog sama dengan pakan unggas lainnya. Dengan persentase air yang lebih banyak, lebih encer dari pakan ayam. Entog menyukai selokan atau tempat tempat air yang menggenang. Cara pemeliharaan unggas yang satu ini tidak terlalu sulit dan sudah banyak petani yang memeliharanya untuk di konsumsi.

Dagingnya pun sudah cukup lama familiar untuk di jadikan bahan masakan kalau dulu sering dijadikan salah satu daging pengisi sajian hajatan, sekarang karena lebih mudah pesan daging ayam yang sudah bersih tinggal masak, menjumpai masakan entog saat hajatan tidak sesering dulu.

Telur entog/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline