Lihat ke Halaman Asli

Perantau di Bumi

Diperbarui: 25 Oktober 2017   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bercerita tentang keluarga, aku akan mengaitkannya dengan peratauan. Merantau dan kemudian memutuskan untuk terpisah oleh jarak dengan keluarga. 

Mungkin sebagian atau semua merasa sepi dan sedih ketika jauh dari keluarga. Seingatku aku menangis di pesawat saat aku harus pergi menuju Kalimantan Barat. Dalam benakku, akankah aku bisa hidup ditempat tinggalku yang baru atau akankah aku bahagia tinggal disana, dan bisa bertahan disana? Beribu pertanyaan menghampiriku. Aku termenung sejenak dan hanya bisa menyemangati diri sendiri. Aku hanya bisa berpikir, aku harus bisa, aku bisa, dan aku akan bisa. Tekadku harus dibulatkan dan keyakinanku harus penuh.

Berdiam di tanah perantauan dan mengisi hari-hari dengan orang baru bukanlah hal yang mudah bagiku. Bekerja ditempat yang baru bukan hal sederhana bagiku. Aku harus menguras banyak kesabaran, tenaga, senyum untuk benar-benar mengetahui bahwa hidup itu harus penuh kasih. 

Aku harus belajar menerima dan mengatakan tidak dengan kata-kata yang penuh keihklasan. Hatiku sering teriris disini, demikian aku menggambarkannya. Tapi Tuhan menyampaikan dengan kalimat yang berbeda," Diproses untuk serupa dengan Dia". Hari-hari yang kulalui bercampur rasanya. Aku belajar menemukan Sahabat, Keluarga dan teman-teman. Menurutku, tidak sesulit yang kubayangkan, hanya satu hal "Terbuka dengan Tulus". Yang demikianlah, terbuka dengan tulus hati, tanpa harus menghakimi orang lain dengan segala kekurangan mereka. Karena manusia tidak sempurna. Demikian Fakta nya.

Hari ini adalah hari-hari dimana aku akan kembali ke Kampung halamanku. Aku kembali mengenang cerita pedih dan sedih yang kualami. Bukan, untuk mengatakan bahwa merantau itu semua kesedihan, tapi ini lah dia. Sungguh, Aku sering sekali menangis di tengah doaku. Aku merasa hatiku teriris dengan beberapa kondisi. Aku merasa harus banyak menjaga hati, aku harus belajar bekerja dengan tanggung jawab yang telah dipercayakan. Aku harus belajar tersenyum di bawah tekanan dan perkataan yang menurutku pedas sekali. Pernah sekali aku telah menyelesaikan beberapa pekerjaan yang cukup melelahkan, dan pada akhirnya seorang mengatakan kepadaku, bahwa pekerjaan ku tidak ada yang " Genah" dengan nada yang agak kasar. Aku hampir saja meneteskan air mata untuk beberapa kalinya dengan sikapnya. Tapi Roh Tuhan yang ada padaku, Kasihilah Dia. Aku hanya bisa menarik nafas panjang dan berkata, Terimakasih Tuhan untuk ujian kesabaran ini. Bagiku ujian kesabaran itu setiap detik, dan ketika kita tidak lulus, kita akan kembali diuji. Sampai akhirnya kita lulus dari ujian tersebut.

Pada kesempatan ini, aku menyampaikan pengertian yang kudapat tentang perjalanan Merantau:
Kita adalah perantau dari Surga yang di tugaskan oleh Tuhan. FirmanNya," Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. Jadi, seorang perantau yang telah dibekali amunisi dalam menjalankan Tugasnya. Dalam Firman Tuhan yang saya baca, kita di beri umur 60-70 tahun dan selebih dari itu adalah Bonus dari Tuhan. Lalu bagaimana sikapmu sebagai perantau? Aku baru mengetahuinya setelah aku pergi merantau ke Kalimantan.

1. Saat aku merantau di Kalimantan yang ada dalam benakku adalah PULANG, Kapan bisa Pulang dan ketemu dengan Keluarga di Medan. Jadi demikian juga kita sebagai Perantau di bumi
2. Tidak membeli barang-barang yang tidak bisa di bawa Pulang, seperti Kulkas, mesin cuci. Kami hanya membeli barang yang perlukan aja. Kebutuhan sehari-hari yang benar-benar di butuhkan
3. Melakukan sungguh-sungguh tugas yang diberikan,karena untuk menyenangkan pemerintah yang telah mempercayakan tugas tersebut.

4. Berpikir bagaimana caranya supaya misi kami berhasil. Jadi kami berusaha keras supaya tugas yang telah dipercayakan kapada kami berhasil dan masyarakat mengerti apa yang kami sampaikan.

            Lalu bagaimana dengan kita seorang perantau di Bumi?

  • Seharusnya kita tidak memikirkan harta kekayaan di bumi? Kecuali hanya untuk kebutuhan kita. FirmanNya; Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, Cukuplah. 1Timotius 6:7-8
  • Melakukan sungguh-sungguh tugas yang telah di berikan kepada kita. FirmanNya " Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan keadamu, Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman".
  • Sekarang ambil satu bayangan bahwa kamu tiba-tiba diturunkan dari sorga, dan sebelum turun kamu diperlengkapi kesabaran, kuasa mengusir setan, menyembuhkan penyakit dan kuasa dalam menyampaikan Injil. Lalu setelah itu kamu ditugaskan selama 60 tahun dan misi itu harus segera terselesaikan sebelum kamu kembali ke sorga. Dan kamu berjanji akan melakukannya dengan segenap hati dan kembali pulang dengan membawa hasil. Apa yang terjadi? Ternyata kamu lupa akan tugas mu. Kamu meninggalkan amunisimu. Kamu sibuk mencari harta dan popularitas. Kamu memprbanyak perusahaan, rumah dan uang serta nafsu daging. Kamu tidak memberitakan injil dan amunisi itu tidak kamu gunakan. "Maka menangislah Yesus. Murtad sekarang bukannya meninggalkan Yesus dengan cara mengganti agamanya di KTP, meskipun masih ada beberapa orang yang melakukannya. Tapi disini murtad itu, ketika ia hidup bukan dengan sebagai pengikut Kristus. Ketika Kristus meminta Ia jangan mengumpulkan harta dunia, Ia malah melakukannya. Ia mendewakan wanita dan kekayaan. Ia sibuk kerja, tanpa memperhatikan tujuan hidupnya sesungguhnya.

Ada hal yang sedang ku mengerti saat ini. Bahwa kita memiliki tanah air yang sesungguhnya, yaitu tanah air sorgawi. FirmanNya " Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi" Ibrani 11:16a. Dalam benakku, kita terlalu lelah mencari kekayaan, reputasi dan popularitas, padahal hal-hal duniawi yang demikian tidak akan dipertanyakan pada kita saat kita kemabali ke tanah air sorgawi.

Selamat Berjuang sang perantau..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline